Lingkar.co – Praktisi Public Relations (PR) dan Founder PR Indonesia Asmono Wikan angkat bicara menyikapi pernyataan kepala Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi terkati Kasus pengiriman Kepala Babi di Kantor Media Tempo.
Menurut Asmono, pernyataan Hasan Nasbi tersebut spontan dan bukan aktivitas komunikasi yang memiliki tujuan yang jelas.
“Berkomunikasi itu tidak sekadar berbicara, sebatas ngomong. Karena berkomunikasi itu ada tujuannya,” kata Asmono kepada lingkar.co melalui pesan singkat, Sabtu (22/3/2025).
Asmono menjelaskan, pernyataan Kepala PCO tersebut spontan dan bukan termasuk cara berkomunikasi atas nama lembaga.
“Yang disampaikan oleh Hasan Nasbi saat ditanya wartawan itu spontan. Mungkin karena doorstop sehingga kaget dan kurang siap. Bukan komunikasi yang bertujuan atas nama lembaga,” ujarnya.
CEO PR Indonesia tersebut menyarankan kepada para pejabat publik maupun pelaku kehumasan untuk lebih berhati-hati ketika mengeluarkan pernyataan.
“Untuk pejabat publik, pelaku kehumasan, dan yang akan berbicara atas nama lembaga, seyogyanya dapat lebih berhati-hati ketika mengeluarkan pernyataan. Terutama ketika doorstop dengan wartawan, harus dipikirkan tujuan dan arah komunikasinya dan tidak gegabah,” katanya.
Alangkah baiknya, lanjut Asmono, menunda sejenak pernyataan sembari merancang pesan agar lebih tepat, relevan dan bijak.
Asmono Wikan berpendapat, bahwa berkomunikasi itu tak hanya soal tujuan yang jelas, namun juga harus membawa empati dan menghadirkan respek.
“Komunikasi lembaga, pejabat, maupun humas itu selain harus memiliki tujuan yang jelas ya harus berempati dan menghadirkan respek. Saya beri referensi 2 buku untuk bahan bacaan pelaku kehumasan, “The Interpersonal Communication” karya DeVito, J.A dan “Reflect and Relate: An Introductional to Interpersonal Communication” karya Mc Cornack dan Morison, A.P. Dibaca ya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala PCO Hasan Nasbi memberikan pernyataan kontroversial saat diwawancarai oleh wartawan hingga Dewan Pers memintanya untuk meminta maaf.
Penulis: Muhammad Nurseha