Ingatkan Pentingnya Sinergitas Pemda untuk Tekan Inflasi di Jawa Tengah

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi saat berbicara dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bertemakan 'Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi Guna Mendukung Stabilitas Harga' di Hotel Gumaya, Semarang, Rabu, (16/7/2025). Foto: dokumentasi
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi saat berbicara dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bertemakan 'Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi Guna Mendukung Stabilitas Harga' di Hotel Gumaya, Semarang, Rabu, (16/7/2025). Foto: dokumentasi

Lingkar.co – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengungkapkan , provinsi Jawa Tengah memiliki potensi produksi pangan yang besar sehingga berpotensi dalam pengendalian harga dan menjamin ketersediaan pangan.

Luthfi menyontohkan beras di kabupaten Klaten, bawang merah di Brebes, cabai di Temanggung, Rembang, dan daerah lain. Hal ini, menurut dia, semestinya bisa didorong untuk menyuplai wilayah lain agar tidak terjadi lonjakan harga.

Oleh karena itu dirinya menegaskan pentingnya langkah konkret dan sinergis pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam mengendalikan harga, serta menjamin ketersediaan pangan strategis di Jawa Tengah.

“Maka kita penetrasi ke daerah lain, sehingga tidak ada inflasi terkait dengan harga itu,” kata Ahmad Luthfi dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bertemakan ‘Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi Guna Mendukung Stabilitas Harga’ di Hotel Gumaya, Semarang, Rabu, (16/7/2025).

Sebagai informasi, harga beras medium per 8 Juli 2025 rata-rata mencapai Rp 13.565, melampaui HAP sebesar Rp 12.500. Bahkan di beberapa daerah seperti Kota Semarang dan Kota Pekalongan, harga beras menembus Rp 14.750 per kilogram. Kenaikan ini sejalan dengan naiknya harga gabah kering panen (GKP) petani dari Rp 6.415 menjadi Rp 6.693.

Menanggapi kenaikan harga yang terjadi, Luthfi menjelaskan, Pemprov Jateng melalui BUMD telah melakukan operasi pasar dan mendirikan Toko TPID di 11 kabupaten/kota.

“Itu sudah berjalan. Saya sudah suruh kabupaten kota yang lain agar mendirikan toko TPID,” ungkap Luthfi.

Pemprov Jateng, lanjutnya, juga terus mendorong penguatan kemitraan melalui skema champion komoditas seperti bawang merah dan cabai rawit. Saat ini, telah terjalin kemitraan dengan luasan tanam cabai hingga 300 hektare dan kolaborasi dengan 15 mitra champion.

Selain itu, kata Gubernur, untuk memperkuat daya tahan pangan lokal, Pemprov telah membentuk berbagai BUMD dan koperasi pangan di level provinsi maupun kabupaten/kota. Tercatat ada 29 Badan Usaha Milik Petani aktif dan koperasi “Merah Putih” sebagai ujung tombak distribusi.

Gubernur menekankan strategi pengendalian inflasi harus dijalankan dalam dua arah kebijakan: jangka pendek melalui optimalisasi pasokan dan distribusi pangan.

“Kita melakukan rapat HLM untuk membahas kenaikan bapok di wilayah kita. Rapat ini untuk penetrasi, tidak hanya terkait harga tetapi juga distribusinya, sehingga masyarakat terlayani,” ujar Luthfi.

Dijelaskan, sedangkan jangka panjang dengan pembangunan ekosistem ekonomi digital, penguatan data pangan, hingga pendirian good hub modern dengan fasilitas cold storage.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyebut, inflasi Jateng pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,24% (month-to-month). Beras, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi.

Rahmat mendukung penuh langkah-langkah yang diupayakan Gubernur Ahmad Luthfi dalam rangka pengendalian inflasi tersebut.

“Betul disampaikan Pak Gubernur, kita akan fokus pada pengendalian harga bahan pokok penting. Jawa Tengah sudah berhasil di 11 kabupaten/kota, dan Pak Gubernur sudah meminta agar kabupaten/kota lain mengikuti,” ujar Rahmat. (*)