SEMARANG, JAWA TENGAH, Lingkar.co – Jelang tradisi Syawalan yang jatuh pada hari ke tujuh pasca Lebaran, selongsong ketupat kembali menjadi primadona yang mana masyarakat banyak mencarinya di pasar-pasar tradisional.
Seperti pedagang selongsong ketupat yang mulai menjajakan dagangannya di Pasar Kedungmundu, Semarang ini.
Para pedagang tersebut mulai menjual selongsong ketupat sejak H-2 menuju tradisi Syawalan yang jatuh pada hari Kamis (20/5) mendatang.
Baca juga:
Akibat Terseret Ombak di Garut, Satu dari Dua Wisatawan Ditemukan Tewas
Pujiati, salah seorang pedagang selongsong ketupat mengungkapkan bahwa sejak pagi sudah banyak orang yang membeli anyaman berbahan dasar janur tersebut di tempatnya.
“Allhamdulillah lumayan ramai, tapi kalau dengan tahun lalu ya tetap ramai tahun lalu,” ujar Pujiati.
Pujiati yang sehari-hari bekerja sebagai pengelola laundry ini mengatakan setiap tahun jelang Lebaran dan Syawalan pihaknya selalu berjualan selongsong ketupat.
Baca juga:
Saat Perayaan Lomban, Seluruh Tempat Wisata di Jepara Ditutup
Hal serupa juga di ungkapkan oleh Tasriyah, seorang buruh pabrik yang alih profesi menjadi pedangang selongsong ketupat.
Ia mengatakan, pembeli lebih ramai ketika perayaan Lebaran kemarin ketimbang menjelang Syawalan seperti saat ini.
“Sehari-harinya kerja di pabrik, tapi kalau mau lebaran dan Syawalan seperti ini saya jualan selongsong ketupat di Pasar Kedungmundu, Alhamdulillah per hari saya bisa dapat Rp 300.000, kalau ramai bisa sampai Rp 500.000,” ungkapnya.
Baca juga:
Dampak Pandemi, Pedagang Batik Pekalongan Kurangi Karyawan hingga Tutup Toko
Selongsong ketupat milik Tasriyah pihaknya jual mulai dari harga Rp.7000 hingga Rp.8000 dalam satu ikat yang berisi 10 selongong.
Begitu pula dengan harga daun pisang yang biasa masyarakat gunakan untuk membungkus lontong.
“Ketupat tidak ada kenaikan harga. Tapi bahannya (janur) naik harga, yang dulu Rp 250.000 sekarang menjadi Rp 300.000 satu ikat,” pungas Tasriyah. (nda/luh)