Lingkar.co – Kasus baru HIV di Kota Semarang tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang hingga minggu ke-40 tahun 2025 atau pertengahan Oktober, jumlah kasus baru HIV mencapai sekitar 380 kasus, turun cukup signifikan dari tahun 2024 yang mencapai sekitar 680 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, menyebut penurunan ini menunjukkan hasil positif dari upaya pencegahan dan penanganan HIV yang terus digencarkan pemerintah kota.
“Kalau dibandingkan tahun sebelumnya, kasus baru kita turun. Tahun 2024 sekitar 680-an kasus, sedangkan tahun ini sampai minggu ke-40 baru 380-an kasus,” ujar Hakam, Senin (20/10/2025).
Dinkes Kota Semarang kini berfokus pada pelayanan tanpa stigma bagi pengidap HIV. Melalui program LIDYA DIMARI, Dinkes menyediakan layanan pemeriksaan dan pendampingan di luar jam kerja, seperti sore dan malam hari, agar masyarakat lebih nyaman saat mengakses layanan kesehatan.
“Supaya mereka tidak terkena stigma, kita berikan layanan di luar jam kerja. Selain itu, kita juga menggandeng kelompok-kelompok berisiko untuk pemeriksaan,” jelasnya.
Hakam menambahkan, pendekatan berbasis komunitas dilakukan agar penjangkauan terhadap kelompok berisiko berjalan lebih efektif. Dinkes melibatkan anggota komunitas yang memahami situasi dan bahasa komunikasi kelompoknya sendiri.
“Yang bisa menjangkau mereka ya teman-temannya sendiri. Kita gandeng mereka untuk sosialisasi dan pemeriksaan. Kalau hasilnya positif, langsung kita fasilitasi pengobatan,” tambahnya.
Dari hasil pemantauan, kasus baru HIV di Semarang masih didominasi oleh kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL). Meskipun tidak menyebutkan angka pasti, Hakam menegaskan kelompok ini menjadi penyumbang terbanyak kasus HIV baru pada 2025.
Selain itu, sebagian kasus yang tercatat di Kota Semarang berasal dari luar daerah. Namun, kini banyak daerah lain yang sudah memiliki fasilitas layanan HIV sendiri, sehingga beban penanganan di Kota Semarang ikut berkurang.
“Dulu banyak kasus dari luar kota, tapi sekarang daerah-daerah sudah punya fasilitas sendiri. Jadi kasus di Semarang ikut menurun,” ungkapnya.
Saat ini, seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di Kota Semarang, baik puskesmas maupun rumah sakit, telah menyediakan layanan pemeriksaan HIV secara gratis. Pemeriksaan mencakup tes awal, pengecekan jumlah virus, hingga pengobatan, dengan seluruh pembiayaan ditanggung oleh pemerintah.
“Faskes kita sudah lengkap. Semua layanan mulai dari pemeriksaan hingga pengobatan ditanggung pemerintah,” tutupnya. ***








