Lingkar.co – Keluarga besar Kanwil Kemenag Jawa Tengah berhasil menghimpuan Rp1 miliar bantuan untuk penyintas banjir di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Bantuan ini diserahkan Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah Saiful Mujab kepada Kepala Biro Umum Setjen Kemenag Aceng Abdul Aziz.
Penyerahan bantuan secara simbolis dilakukan bersamaan dengan acara Tausiyah Kebangsaan dan peresmian Gedung Kantor Kanwil Kemenag Jawa Tengah.
Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar hadir dan menyaksikan seremonial tersebut. Hadir pula, jajaran Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) di Provinsi Jawa Tengah, serta ASN dari Kanwil dan Kankemenag di Provinsi Jateng.
Banjir dan tanah longsor terjadi karena kerusakan alam. Karena itu, semua pihak untuk melakukan aksi iklim guna merawat lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut, Menag menekankan urgensi paradigma ekoteologi sebagai fondasi keberagamaan masa kini. Menurutnya, hubungan antara Tuhan, manusia dengan alam harus dijaga secara seimbang.
“Merusak alam itu sama dengan melukai ciptaan Tuhan. Alam itu bertasbih. Kalau kita merawatnya, itu bagian dari ibadah. Inilah ekoteologi yang harus kita hidupi,” jelasnya di Semarang, Senin (8/12/2025).
Menag juga mengajak seluruh hadirin mendoakan para korban bencana banjir bandang yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. “Mereka yang wafat dalam musibah seperti ini, insya Allah, mendapat derajat syahid. Mari kita doakan agar Allah lapangkan kuburnya, kuatkan keluarga yang ditinggalkan, dan pulihkan daerah yang terdampak,” ajak Menag.
Menag juga mengingatkan pentingnya menghadirkan bahasa agama yang damai. Ia menegaskan bahwa Kementerian Agama tengah mendorong lahirnya teologi yang lembut, ramah lingkungan, dan mengedepankan cinta sebagai pusat ajaran.
“Agama itu hadir untuk menentramkan, bukan menakut-nakuti. Perbedaan pendapat adalah ciptaan Tuhan. Jangan memaksa orang lain sama seperti kita,” tegasnya.
Menurutnya, kerukunan melahirkan kedamaian, dan kedamaian melahirkan kebahagiaan. Karena itu, ASN Kemenag harus menjadi teladan dalam menyemai harmoni. (*)








