Lingkar.co – Pola hidup tidak sehat, tidak terkontrol, dan kurangnya aktifitas fisik menjadi penyebab terbesar penyakit diabetes mellitus (DM).
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, dirinya menyebut DM tidak berpengaruh dari keturunan, yang terpenting adalah pola hidup sehat.
“Kalau (DM) yang dari keturunan paling tidak sampai 5 persen. Paling tinggi ya pola hidup, di dalamnya ada pola makan dan aktivitas fisik,” kata Hakam saat dijumpai Lingkar.co, Selasa (4/7/2023).
Dirinya menjelaskan, pola makan yang tidak terkontrol dan kurangnya aktivitas fisik cenderung akan menjadikan orang mengalami obesitas dan nantinya akan mengakibatkan diabetes.
Lanjutnya, sejauh ini penderita DM memang paling banyak dari kalangan lansia, tetapi untuk masyarakat usia produktif, termasuk muda tetap harus mewaspadai penyakit DM.
“Saat ini kasus DM cenderung lebih cepat terjadi pada usia lebih muda. Kalau dulu, yang DM biasanya di atas 50 tahun ya, tetapi sekarang ini usia di bawah 40 tahun sudah ada yang terkena diabetes,” ujarnya.
“Kalau dulu ada ya, istilah ‘cut off’ masuk 40 tahun waspada, sekarang ini 30 tahun sudah harus waspada,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Hakam mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilah makanan yang dikonsumsi dan disesuaikan dengan aktivitas fisik kesehariannya.
“Makan tiga kali tetap, tapi karbohidratnya harus benar. Disesuaikan dengan aktivitas fisik. Kalau aktivitas fisik banyak, karbohidrat banyak tidak masalah,” katanya.
Dirinya menjelaskan, makanan yang mengandung karbohidrat banyak sekali, mulai nasi, jagung, kentang, dan ketela yang memang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi dalam takaran yang seimbang.
“Tubuh tetap butuh karbohidrat. Kalau kemudian yang paling banyak protein yang akan bermasalah ginjalnya, kerjanya jadi tambah keceng. Jadi, semua sudah ada porsinya,” terangnya.
Hakam menyampaikan, di tahun ini kasus DM yang tidak tergantung insulin tercatat sebanyak 5.836 kasus, sedangkan yang tergantung insulin 186 kasus.
“Kalau dilihat petanya keseluruhan banyak perempuan karena lansia di Kota Semarang paling banyak memang perempuan. Paling banyak ya di daerah padat penduduk, seperti Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, dan Ngaliyan,” bebernya.
Penulis : Alan Henry
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps