Site icon Lingkar.co

Ketela Langka, Harga Tepung Tapioka di Pati Meroket

Pengusaha tepung tapioka di Pati keluhkan langkanya ketela. Foto: Miftahus Salam/Lingkar.co

Pengusaha tepung tapioka di Pati keluhkan langkanya ketela. Foto: Miftahus Salam/Lingkar.co

Lingkar.co – Pengusaha tepung tapioka di Kabupaten Pati mengeluhkan sulitnya mendapatkan ketela. Hal imbas kemarau panjang yang terjadi sepanjang tahun 2023.

Adi Mashuri (50) salah seorang pengusaha tepung tapioka di Pati mengaku beberapa bulan ini mengalami kesulitan mendapatkan ketela untuk melakukan produksi.

“Banyak dari petani singkong tidak bisa memanen banyak. Kami sebagai pengusaha produksi tepung kekurangan bahan baku,” ujarnya, Sabtu (2/3/2024).

Imbasnya, katanya, produksi tepung lokal semakin menipis. Menurutnya, kekeringan panjang membuat ketela dari petani langka lebih dari tiga bulan ini.

Selain itu, menurutnya langkanya ketela juga disebabkan adanya kebijakan dari Kementrian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang salah.

Ia menilai Kemendag dan Bappebti tidak menjalankan program sistem resi gudang dengan baik. Selain itu pertanian singkong juga tidak terlalu terurus dengan baik.

“Misalnya bibitnya F1 singkong tidak ada di petani dan pembinaan petaninya tidak ada. Berbeda dengan Thailand yang pemerintahnya peduli tentang pertaniannya dan sistem stok pascapanen,” katanya.

Ia mengungkapkan hampir semua industri yang memproduksi tepung tapioka di Pati merosot jauh. Sebelumnya, sekali produksi bisa menghasilkan 15 ribu ton.  Namun, kini hanya mampu memproduksi dua ribu ton per bulan.

Akibatnya harga tepung tapioka di pasaran meroket. Ia mengungkapkan awalnya tepung tapioka dihargai Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per kilogram, namun kini menyentuh Rp 11.500 per kilogram.

Sementara itu, salah satu petani ketela, Juriyanto (35) mengatakan, langkanya ketela disebabkan mundurnya musim tanam

“Pasa tanam yang harusnya berlangsung sejak November justru mundur menjadi Desember. Tetapi sekarang sudah panen raya. Para petani juga sudah bersiap menanam secara serentak,” bebernya.

Mahalnya harga ketela ini, menurut Juri menjadi berkah bagi para petani. Karena membuat keuntungan menjadi semakin meningkat.

“Sekarang dalam satu kilogram ketela bisa Rp 3.500. Normalnya hanya Rp 2.500 per kilogram,” katanya.

Penulis: Miftahus Salam

Exit mobile version