KONI Kota Semarang Gandeng ASCA, Dorong Pelatih Fisik Naik Kelas ke Level Dunia

Pelatihan Pelatih Fisik Level 1 Internasional di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Semarang (Unnes). (dok KONI Semarang)
Pelatihan Pelatih Fisik Level 1 Internasional di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Semarang (Unnes). (dok KONI Semarang)

Lingkar.co — Ketika sebagian besar orang menyoroti nama-nama atlet di podium juara, ada sosok lain yang bekerja dalam diam, pelatih fisik. Mereka adalah arsitek di balik ketahanan tubuh, kekuatan otot, dan kecepatan refleks para atlet yang tampil memukau di arena pertandingan.

Namun di Indonesia, profesi ini masih sering terabaikan. Banyak pelatih lahir dari mantan atlet yang hebat, tetapi tak semuanya dibekali pemahaman ilmiah tentang strength and conditioning, bagian penting dari pengembangan atlet jangka panjang.

Kesadaran inilah yang mendorong Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Semarang mengambil langkah berani. Bersama Australian Strength and Conditioning Association (ASCA), organisasi ini menggelar Pelatihan Pelatih Fisik Level 1 Internasional di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Semarang (Unnes), 11–15 November 2025.

Sebanyak 22 pelatih dari berbagai cabang olahraga di Kota Semarang mengikuti pelatihan intensif ini. Mereka belajar langsung dari Gregory Jay Wilson, Editor in Chief The Journal Australian Strength and Conditioning Association (ASCA), yang datang khusus dari Australia.

“Di banyak negara maju, pelatih fisik sudah menjadi bagian utama dari pembinaan atlet. Di Indonesia, peran itu seringkali masih dipandang sebelah mata,” ujar Greg di sela-sela sesi pelatihan, Selasa (11/11/2025).

Greg menekankan pentingnya pembentukan kekuatan dan daya tahan sejak usia muda dalam kerangka Long Term Athlete Development (LTAD). Ia menjelaskan, di Eropa dan Australia, setiap pelatih diwajibkan memahami dasar program latihan fisik sebelum terjun membina atlet.

“Kursus ASCA Level 1 ini cukup komprehensif. Di sini peserta belajar mengembangkan kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan fleksibilitas yang menjadi fondasi utama performa,” jelasnya.

Langkah menggandeng ASCA ini bukan sekadar pelatihan rutin. Menurut Wakil Ketua Umum II KONI Kota Semarang, Nur Syamsi, kerja sama tersebut merupakan lompatan besar dalam sistem pembinaan olahraga daerah.

“Kami ingin pelatih di Kota Semarang punya kompetensi bertaraf internasional. Dengan sistem yang sistematis dan terukur, kita bisa melahirkan atlet unggul, tidak hanya di tingkat kota, tapi juga nasional bahkan dunia,” ungkapnya.

Usai lima hari pelatihan, para peserta masih harus menjalani tahap lanjutan selama tiga bulan. Mereka wajib menyusun dan melaporkan program latihan sesuai standar ASCA, termasuk tahap monitoring dan evaluasi.

Nur Syamsi menegaskan, kerja sama dengan ASCA dilakukan atas rekomendasi Kemenpora dan KONI Pusat. Langkah ini sekaligus menjadikan KONI Kota Semarang sebagai KONI pertama di Indonesia yang menggandeng lembaga pelatih fisik asal Australia.

“Kami ingin menjadikan Semarang sebagai contoh bahwa peningkatan prestasi harus dimulai dari kualitas pelatih. Ketika pelatih naik kelas, atlet pun akan ikut naik,” katanya.

Kegiatan ini menjadi awal baru bagi dunia olahraga Semarang — sebuah investasi jangka panjang untuk memastikan bahwa di balik setiap atlet berprestasi, berdiri pelatih fisik yang benar-benar memahami sains di balik kekuatan tubuh manusia. ***