Lingkar.co – Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang, Dr. dr. Awal Prasetya, M.Kes., Sp.THT-KL menegaskan, pihaknya masih konsisten menyemai bibit kemanusiaan saat aksi kekerasan di kalangan pelajar masih marak di ibu kota Jawa Tengah. Salah satunya dengan memaksimalkan potensi Duta Kemanusiaan PMI Kota Semarang.
“Duta PMI Kota Semarang memiliki potensi untuk membantu menekan angka kekerasan terhadap anak, kenakalan anak, dan geng motor, meskipun peran utama PMI adalah di bidang sosial kemanusiaan, terutama penanganan bencana dan kesehatan,” kata Awal saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Senin )26/5/2025).
Dirinya lantas memaparkan beberapa cara Duta PMI dalam berkontribusi menekan angka kenakalan anak dan remaja. Yakni, melalui kegiatan edukasi dan sosialisasi: Duta PMI, terutama yang berasal dari kalangan Palang Merah Remaja (PMR), “PMR dan khususnya yang jadi duta kemanusiaan dapat menjadi agen perubahan dengan memberikan edukasi tentang nilai-nilai kemanusiaan, persahabatan, anti-kekerasan, dan pentingnya menghindari perilaku negatif seperti kenakalan remaja dan geng motor,” katanya.
Ia mengakui bahwa aksi kekerasan yang menghebohkan jagat media sosial, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu dua geng remaja putri duel satu lawan satu di daerah Semarang Utara. Untuk itu, duta kemanusiaan bertugas menyampaikan pesan damai secara langsung maupun lewat media sosial. “Mereka bisa menyampaikan pesan-pesan ini melalui kegiatan di sekolah, komunitas, atau media sosial,” jelasnya.
Secara umum, kata Awal, relawan PMI mendapatkan pembinaan rutin dan melalui berbagai pelatihan. Ia menyebut di antaranya pelatihan pertolongan pertama, kesiapsiagaan bencana, dan sebagainya.
“Pelatihan-pelatihan dapat membantu membentuk karakter positif pada anak dan remaja. Keterampilan ini tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan positif dan menghindari lingkungan yang memicu perilaku negatif,” ujarnya.
Selain itu, Awal menyatakan kesibukan peserta didik pada kegiatan ekstrakurikuler PMR akan membuat anak sibuk dengan kegiatan yang bermanfaat dan mengurangi peluang terlibat pada perilaku negatif. PMI menawarkan wadah untuk mengembangkan minat dan bakat di bidang kemanusiaan,” tegasnya.
Ia menyadari bahwa kenakalan anak tidak bisa diatasi secara instan. Oleh karena itu pendekatan sebaya (Peer Education) dipandang sebagai solusi yang tepat untuk melengkapi berbagai tawaran solusi pembentukan karakter pelajar.
“Yang seringkali adalah pendekatan remaja sebaya, dapat lebih efektif dalam menyampaikan pesan kepada teman-teman mereka. Mereka dapat membangun komunikasi yang lebih terbuka dan menjadi panutan bagi teman-temannya untuk tidak terlibat dalam kekerasan atau kenakalan,” jelasnya.
Meskipun demikian, kata dia, penting untuk diingat bahwa menekan angka kekerasan terhadap anak maupun kenakalan anak adalah masalah kompleks yang memerlukan pendekatan multisektoral dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan aparat penegak hukum. “Peran Duta PMI akan lebih efektif jika disinergikan dengan program-program dari instansi terkait lainnya,” tegasnya.
Terbaru, Awal bilang, PMR dan duta kemanusiaan mengikuti program ‘Humanity for Healthier Lifestyle‘ PMI Kota Semarang. Menurut dia, sesuai konsep sehat WHO adalah mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat secara fisik, mental, dan sosial, tidak hanya sekadar terbebas dari penyakit atau kelemahan.
Ia menyebut secara rinci tujuan program tersebut yang sejalan dengan konsep sehat WHO. Antara lain mengajak masyarakat meningkatkan pola dan gaya hidup sehat. “Program ini berupaya mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menerapkan pola dan gaya hidup sehat dalam keseharian,” ungkapnya.
Ia memaparkan, pola hidup sehat mencakup istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, melakukan aktivitas olahraga secara teratur, membangun interaksi sosial yang baik, mengurangi perilaku yang tidak sehat semisal tidak merokok di tempat umum, dan mengurangi penggunaan produk plastik.
“Program ini menyasar kesadaran individu dan komunitas untuk secara aktif menjaga kesehatan mereka. PMI Kota Semarang juga berupaya mengembangkan program ini secara desentralisasi ke tingkat ranting kecamatan untuk menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat,” urainya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat