Kreatif, 11 Siswa SMK Produksi Keripik Pelepah Pisang, Daun Kelor dan Pegagan

Catur Prasetyo, siswa kelas XI TKR I SMKN Jenawi memperlihatkan produk keripik pelepah pisang, Kamis (4/3/2021). (PUJOKO/LINGKAR.CO)
Catur Prasetyo, siswa kelas XI TKR I SMKN Jenawi memperlihatkan produk keripik pelepah pisang, Kamis (4/3/2021). (PUJOKO/LINGKAR.CO)

KARANGANYAR, Lingkar.co – 11 pelajar SMKN Jenawi dalam beberapa bulan terakhir memproduksi keripik pelepah pisang. Keuntungan dari penjualannya bisa untuk membeli kuota internet pembelajaran daring. Sehingga meringankan beban orang tua.

Para siswa kelas X dan XI Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ), Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Akuntansi (AK) memilih pelepah pisang, daun kelor dan daun pegagan sebagai bahan baku. 

Selain cara pembuatannya yang sederhana, tidak sulit mendapat bahan baku. Apalagi wilayah Jenawi terkenal penghasil pisang. Namun selama ini, belum pernah ada pihak yang memproses batang pohon pisang menjadi bahan baku kuliner. Sementara daun kelor dan pegagan banyak tumbuh di kebun. 

“Bisa dibilang, bahannya tinggal ambil. Tidak usah beli, tersedia melimpah,” kata Catur Prasetyo, siswa kelas XI TKR 1. 

Catur Prasetyo bersama Ardian Tri Anggoro siswa kelas XI TKJ 1, membawa sampel produk tiga varian keripik pelepah singkong  saat mengunjungi media centre kantor Diskominfo Karanganyar. Staf Tata Usaha (TU)  SMKN Jenawi, Heri Prihatin Sari Utomo ikut mendampingi para siswa tersebut.

Tujuan mereka mendatangi kompleks kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar termasuk kantor Diskominfo Karanganyar adalah memperkenalkan produk mereka kepada Bupati Karanganyar Juliyatmono dan beberapa pejabat Pemkab Karanganyar. Harapannya pemerintah ikut mempromosikan produk makanan ringan mereka. 

Heri Prihatin menjelaskan, kemunculan produk makanan ringan oleh pelajar SMKN Jenawi berawal keresahan mereka saat harus belajar daring. Para pelajar yang terlibat dalam pembuatan makanan ringan tersebut bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Sehingga sekolah mendampingi mereka dengan untuk berwirausaha. 

Sebagai langkah awal, sekolah memberi dana Rp 2 juta untuk modal usaha. Pada awal  produksi yang mereka lakukan berjalan lancar. Memasuki bulan keempat saat ini, omzetnya sudah dapat membiayai dua tenaga dapur. 

Dalam satu pekan, keuntungan bersih usaha tersebut mencapai Rp 1,7 juta dari omzet Rp 4,5 juta per bulan. “Per anak per pekan dapat Rp100 ribu. Lumayan bisa beli kuota internet. Belajar daring juga lebih lancar,” kata Heri. 

Heri menerangkan, pemasaran produk makanan ringan para siswa SMKN Jenawi ini secara daring dan luring. Secara luring dititipkan di pertokoan dan warung makan. Di outlet yang ramai, belum sampai 1 pekan, 50 bungkus bisa terjual habis. 

Menurut Heri, permintaan terhadap makanan ringan buatan para siswa itu cukup tinggi. Namun kapasitas produksi masih terbatas karena kendala peralatan dan tenaga kerja. 

“Produksi sehari bisa 40 bungkus. Kalau lebih dari itu tidak mampu. Soalnya pengerjaannya manual,” kata Heri. 

Untuk membuat keripik pisang, membutuhkan waktu cukup lama, bahkan bisa berhari-hari. Prosesnya mulai memotong pelepah, perendaman kemudian memberi bumbu. 

“Pelepah pisang diambil tengahnya. Direndam dua hari dengan enjet, batu kapur dan garam untuk menetralisir racun,” kata Heri. 

Heri mengakui, masih banyak hal yang harus disempurnakan dari makanan ringan dengan bahan pelepah pisang yang dipercaya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan itu. 

Misalnya pihak sekolah belum memiliki izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) makanan ringan tersebut.  Dari sisi pemasaran, produk makanan ringan tersebut belum mampu menembus toko modern.

“Meski permintaan lumayan bagus, namun belum untuk mengisi dagangan di pertokoan modern,” ujar Heri.(jok/lut)