Lahan di Gunung Buthak Diserang Kera, Sejumlah Orang Tawarkan Jasa Penjagaan

Penjaga laham di Gunung Buthak sedang menakuti kera dengan senapan tanpa peluru. Foto: Istimewa.
Penjaga laham di Gunung Buthak sedang menakuti kera dengan senapan tanpa peluru. Foto: Istimewa.

Lingkar.co – Para petani di wilayah Gunung Buthak kini harus menghadapi ancaman kera yang sering menanam tanaman mereka.

Diketahui, Gunung Buthak yang meliputi wilayah Kecamatan Sale dan Gunem, menjadi lokasi tegalan warga yang menanam durian, jagung, pete dan padi.

Untuk melindungi tanaman dari serangan kera, sejumlah orang menyediakan jasa penjagaan lahan.

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Para penjaga lahan ini membawa senapan, namun tanpa amunisi peluru. Mereka berpindah-pindah ke beberapa titik untuk memantau tegalan pemilik lahan. Jika mendeteksi pergerakan kera, mereka memicu suara “dor” dari senapan untuk mengusir kera tersebut.

Salah satu penjaga lahan, Surip (45) warga Dukuh Picis, Desa Dowan menjelaskan bahwa menjaga lahan dari serangan kera menjadi pekerjaannya setiap hari. Keberadaan kera yang cukup banyak membuat tanaman jagung dan durian warga sering dimakan.

“Jam gangsal, subuh ngoten sampun ting mriki (jam 5 pagi, subuh sudah kesini) pulang sore. Wong subuh ngoten iku mpun dipendet kethek kok (soalnya pagi itu sudah diambil kera kok tanamannya), ” ujarnya, Jumat (26/4/2024).

Png-20230831-120408-0000

Meskipun jumlah kera di Gunung Buthak mencapai ribuan ekor, para penjaga lahan ini tidak membunuh atau melukai kera tersebut. Mereka menggunakan senjata hanya untuk menakuti kera dengan suara “dor” yang dihasilkan senapan.

“Kalau jaga kita senjatanya ya ini bawa senapan. Tapi ini hanya angin kok (tidak pakai amunisi peluru. Ini  ada yang pakai bensin (yang memakai petasan bumbung berbahan pralon, Red),” terangnya.

Sarmijan, penjaga lahan lainnya, menegaskan bahwa senjata yang mereka bawa hanya digunakan untuk menakuti kera. Mereka mendapatkan bayaran dari pemilik tegalan, namun jumlahnya hanya cukup untuk membayar bahan bakar senjata mereka, yaitu bensin.

“Bayarane nggeh kados ngge tumbas bensin niku mas,” jawabnya saat ditanya berapa bayaran yang diterimanya dari pemilik tegalan. (*)

Penulis: Miftahus Salam

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps