Lebih Dekat dengan UMKM Wapas di Pati, Terus Berkembang dan Bina 30 UMKM Desa

SEMANGAT : UMKM Wapas bersama dengan segenap anggotanya selepas pelaksanaan pelatihan belum lama ini.(UMKM WAPAS FOR KORAN LINGKAR JATENG)
SEMANGAT : UMKM Wapas bersama dengan segenap anggotanya selepas pelaksanaan pelatihan belum lama ini.(UMKM WAPAS FOR KORAN LINGKAR JATENG)

PATI, Lingkar.co – Berawal dari Kelompok Wanita Tani (KWT), Eka Pulihati memprakarsai terbentuknya UMKM Wapas (Wanita Payak Sukses). Saat ini UMKM Wapas telah membina sekurang-kurangnya 30 UMKM di Desa Payak, dan terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Di sela-sela mengajar SDN 02 Payak, Eka Pulihati terus mengembangkan UMKM di bawah binaannya. Ia tak pernah lelah untuk selalu mengupayakan pengembangannya, bahkan tak jarang harus rela merogoh kantong sendiri supaya lebih dapat memberdayakan Ibu-ibu di desanya melalui UMKM.

Eka Pulihati, selaku Ketua UMKM Wapas mengungkapkan, awalnya ia dan ibu-ibu di Desa Payak mendirikan KWT. Kebetulan pada waktu itu ia menjabat sebagai sekretarisnya. Kemudian berkembang terbentuk beberapa bidang. Meliputi bidang pertanian, bidang kerajinan dan bidang UMKM.

Whats-App-Image-2024-09-19-at-14-21-32

“Dengan terbentuknya KWT itu saya berharap ibu-ibu di payak ini produktif. Jadi saya mengikuti pelatihan-pelatihan. Setiap tahun kita mengadakan pelatihan dengan dana desa,” ungkapnya.

Dari hal tersebut kemudian lahirlah UMKM bernama WAPAS pada 16 September 2019. Bermula KWT, kemudian berkembang menjadi UMKM.

“Awalnya KWT terus berkembang jadi UMKM. Karena saya berfikir kalau KWT bidang pertanian saja itu kurang berkembang,” paparnya.

Ia menuturkan awalnya pihaknya membuat pelatihan tepung mocaf dan olahannya. Kemudian membuat pelatihan membuat barang-barang dari sampah plastik.

Png-20230831-120408-0000

“Alhamdulillah, puji Tuhan banyak ibu-ibu yang mau bergabung. Dan kemudian dispermades tau bahwa ada kegiatan di desa payak seperti itu. Kemudian grup kami dari Wapas dipakai dispermades untuk melatih beberapa kecamatan,” tuturnya.

Sering sekali pihaknya diminta untuk mengisi pelatihan di desa-desa lain. Tak jarang ia secara sukarela memberikan pelatihan tersebut secara cuma-cuma.

Saat ini UMKM Wapas telah berkembang dan membina lebih dari 30 UMKM di Desa Payak. Dengan produk unggulannya. Yakni tepung mocaf, kemudian kopi, bubuk jahe instan, madu, keripik pisang, keripik singkong dan bumbu dapur jamur tiram. Sistemnya ia menerima dan membeli produk dari UMKM di bawah binaannya. Kemudian dikemas dan dijual ulang.

“Ibu-ibu yang punya produk dia nggak punya PIRT, nggak faham cara pengemasan dan penjualannya. Dia setor ke kami kemudian saya kemas lalu saya pasarkan,” ujarnya.

Ia menyampaikan, sebelumnya, pada 27 Februari lalu melakukan penandatanganan berita acara bantuan dari Dinas Pertanian Provinsi Jateng. Berupa dana Rp 50 juta untuk pembangunan gedung dan Rp 70 juta berupa alat pembuatan tepung mocaf.

“Saya mendapat bantuan dari dinas pertanian provinsi. Pengajuan awalnya hanya alat pembuat tepung mokaf, tapi realisasinya. Rp 50 juta untuk membangun gedung dan 70 juta berupa alat,” jelasnya. (lam/one)

Sumber Koran Lingkar Jateng

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *