Lingkar.co – Yayasan Lumbung Pangan Indonesia atau Foodbank of Indonesia (FOI) mengajak masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan ekonomis dengan menemukan kembali bahan pangan lokal yang mulanya banyak ditemukan di sekitar rumah dan pekarangan.
Pendiri FOI, M. Hendro Utomo menuturkan, pihaknya meluncurkan program Gerakan 100.000 Ibu Kembali Memasak se-Indonesia di halaman kantor Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, Sabtu (19/7/2025) pagi. Kata dia, program dimulai hari ini yang berdekatan dengan Hari Anak Nasional (22 Juli) sampai pada Hari Ibu 22 Desember 2025.
Menurut dia, gerakan tersebut merupakan ikhtiar menyelamatkan generasi penerus bangs. Sebab, banyak orang yang tanpa menyadari bahaya makanan cepat saji bagi anak, padahal anak kecil saat diharapkan menjadi pemimpin di masa depan. “Karena anak adalah kelompok rentan yang mesti kita perhatikan. Anak kan tidak bisa memutuskan untuk dirinya sendiri. Banyak kasus anak itu ‘dibunuh’ oleh orang tuanya atau orang terdekatnya, dan mereka tidak mau pergi. Kalau kita orang dewasa terancam kan kita kita pergi,” ujarnya.
Ia bilang, bulan depan bangsa Indonesia akan memperingati 8 tahun kemerdekaan. Sejalan dengan hal itu dirinya mengingatkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak bisa lepas dari kemerdekaan pangan. Tidak boleh ada yang kelaparan atau kurang gizi di negara yang memiliki banyak potensi sumber alam.
“Bulan depan usia kemerdekaan Indonesia 80 tahun ya, tapi selama di sekitar kita ada orang yang lapar atau kekurangan gizi, artinya kita masih belum merdeka 100 persen. Makanya Gerakan Indonesia Memasak Mustika Rasa ini ujungnya adalah Indonesia merdeka 100 persen,” tegasnya.
Dirinya juga mengingatkan bahwa bahan kimia pada makanan yang dibuang akan mengeluarkan zat metan yang menjadi salah satu penyebab perusakan lingkungan dan perubahan iklim.
“Itu persoalan besar. Nah, sekarang caranya gimana? Kalau kita memasak lagi dengan pangan lokal, terutama rempah. Maka yang terjadi adalah generasi Indonesia adalah generasi yang sehat karena kita kan kaya dengan bahan pangan.
Terkait dengan minimnya lahan pertanian di perkotaan, ia menilai program urban farming cukup efektif karena banyak bahan rempah yang bisa ditanam dengan media pot, polibag, atau kaleng bekas. “Jadi makanan itu harusnya murah, efeknya secara negara adalah inflasinya akan rendah,” urainya.
Oleh karena itu, pihaknya akan mengajak pemerintah, perguruan, sekolah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menandatangani kesepakatan bersama Indonesia memasak mustika rasa.
Nanti, insya Allah 17 Agustus kita ajak organisasi-organisasi, baik pemerintah, universitas, LSM, sekolah untuk bersama-sama menandatangani gerakan bersama untuk Indonesia memasak mustika rasa,” jelasnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang Endang Sarwiningsih Setyawulan mengatakan, kegiatan hari merupakan peringatan 10 tahun FOI atau Yayasan Lumbung Pangan Indonesia dan Hari Anak Nasional. Kegiatan juga dikolaborasikan dengan PKK Kota Semarang dan relawan FOI dari Kabupaten Pati dan Tegal.
Tujuannya, kata Endang, untuk menggerakkan kembali para ibu, dan calon ibu untuk memasak. Terlebih dengan upaya untuk mengingatkan kembali bahwa lingkungan sekitar kita kaya dengan bahan makanan dan bumbu masak yang alami.
Terkait dengan keterbatasan lahan pertanian, ia mengaku kebutuhan akan bahan makanan dapat pasokan dari para petani dari kabupaten penyangga kota Semarang. Selain itu, Pemkot Semarang juga telah menggencarkan gerakan urban farming dari tingkat sekolah dasar. “Menggenerasikan petani cilik di tingkat SD, petani muda di tingkat SMP, kemudian petani milenial,” ungkapnya.
Hasil dari urban farming, kata dia, sudah mulai nampak dengan banyaknya ibu yang memasak dari hasil pertanian perkotaan. Dari ternak ayam, bertani dengan lahan terbatas. Bahkan para anak SD sudah diajarkan B2SA, yakni Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman. Juga telah melakukan pengenalan terhadap isi piring sesuai standar gizi.
Pemkot Semarang juga telah mengadakan festival memasak. Menurutnya, hasilnya cukup memuaskan karena ada berbagai macam olahan makanan dari bahan lokal, makanan kekinian yang tidak kalah dengan tampilan masakan yang disajikan di restoran maupun yang tersedia di market online. (*)