Lingkar.co – Griya Harapan, komunitas sosial yang bergerak di bidang pendidikan anak disabilitas, terus memberi ruang belajar bagi ratusan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kabupaten Pati. Komunitas ini hadir untuk memastikan anak-anak disabilitas mendapatkan hak pendidikan layak sebagaimana anak lainnya.
Pendiri Griya Harapan, Jasmudi, mengatakan keberadaan komunitas ini berangkat dari keprihatinan terhadap stigma yang masih melekat pada anak disabilitas.
“Griya Harapan ini terbentuk karena adanya satu rasa welas asih dengan makhluk Allah, salah satunya ABK yang kita sebut anak istimewa, di mana anak istimewa ini kadangkala sangat termarjinalkan atau bahkan bisa jadi dianggap putra-putri mereka beban karena di lingkungan umum mereka ini kurang dianggap,” ujarnya, kemarin.
“Kami di satu komunitas bagaimana memberikan wadah untuk ABK ini. Kondisi ini bukan hambatan kita memandangnya. Mereka memiliki keistimewaan kalau kita memandang begitu karena lebih menghargai (sebutan istimewa) daripada menganggap mereka kekurangan,” lanjutnya.
Ia mengatakan Griya Harapan kini beroperasi di empat titik: Trangkil, Tayu, Pati, dan Winong, dengan total 300 murid. Pembelajaran dilakukan secara non formal dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Jadwal belajar di setiap lokasi berbeda-beda.
Jasmudi menyebut Griya Harapan berdiri sejak 23 November 2022 dan berada di bawah naungan Yayasan Dermaga Family Indonesia.
“Griya Harapan terbentuk karena rasa empati sosial, kini ada 23 relawan guru yang disupport oleh dr. Novy Oktoviana. Ada 4 Griya Harapan, yakni di Trangkil, Tayu, Pati, dan Winong. Untuk di Trangkil terbanyak dengan 120 dari 300 murid,” terangnya.
Di Griya Harapan, katanya, ada 23 relawan pengajar yang terlibat. Para pengajar memberikan pendekatan emosional yang mereka sebut sebagai sambung rasa agar anak-anak belajar dengan nyaman.
“Fondasi kita adalah cinta welas asih, bagaimana kita nyambung roso dengan anak-anak. Kami gunakan pendekatan emosional, mereka (anak disabilitas) dengan ketulusan dan ridhlo dengan takdirnya, mereka tidak mengeluh,” ucapnya.
Sementara itu, katanya, para murid berasal dari berbagai kategori disabilitas, seperti autisme, tuna daksa, celebral palsy, tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, hingga lumpuh otak. Mereka dapat belajar tanpa dipungut biaya.
“Siswa di sini gak perlu bayar. Siswa kami dari SLB, pendidikan inklusi, anak-anak umum dari desa-desa yang tidak bersekolah. Sasaran kami utama anak yang tidak disekolahkan orang tuanya karena mereka kesulitan bersekolah ke SLB karena jauh,” jelas Jasmudi.
Selain pembelajaran akademik, lanjutnya, Griya Harapan juga memberikan terapi okupasi, mengaji, serta berbagai pelatihan keterampilan seperti menari, melukis, modelling, dan memasak.
“Saat diajarkan terapi okupasi seperti membedakan warna, menyamakan warna, menempel warna untuk meningkatkan kemampuan asah otak. Ada juga mengaji, bahkan anak hiperaktif ini sudah belajar iqro Arab gandeng, ini pencapaian yang luar biasa,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa anak-anak Griya Harapan juga sering tampil di berbagai acara dan meraih prestasi di tingkat daerah maupun nasional.
“Siswa kami ada yang diundang Kemenhub untuk menampilkan kreasi tari, diundang Disdik, dan instansi lainnya. Tujuannya membangun mental anak-anak istimewa,” kata Jasmudi.
“Ada yang sampai juara Putri Remaja Jateng, itu anak tuna rungu. Kemarin juga Juara 1 Lomba Batik Pati mengalahkan anak-anak umum, ada yang juara melukis tingkat nasional, juara memasak tingkat Provinsi Jateng,” imbuhnya.
Jasmudi menyebut ketelatenan dan konsistensi menjadi tantangan tersendiri bagi pengajar. Kelas parenting rutin dilakukan untuk membantu para orang tua berbagi pengalaman dan keluh kesah.
“Tantangannya di Griya Harapan, bagaimana bisa diri agar tetap istiqomah mencarikan ilmu anak. Kita selalu ada kelas parenting bersama orang tua,” tuturnya.
Ia pun berharap, para orang tua tidak lagi malu memiliki anak berkebutuhan khusus.
“Jangan pernah merasa malu punya anak istimewa. Saya berharap ada ridho dengan putra-putri jenengan mencarikan ilmu untuk mendapatkan hak mereka, biar bisa lebih bermanfaaat,” pungkasnya. (*)








