Namanya Masuk 3 Besar Survei Pilwalkot Semarang Versi Aksara Research, Ini Kata Ade Bhakti

Sekretaris Damkar Kota Semarang, Ade Bhakti Ariawan. Foto: istimewa

Lingkar.co – Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang, Ade Bhakti Ariawan menanggapi kalem terkait kemunculannya sebagai tiga besar tokoh kandidat kuat untuk maju dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Semarang.

“Kalau memang itu asli muncul dari masyarakat ya gimana lagi. Kan gak bisa nolak. Jadi, ya lembaga survei yang ditanyakan kok bisa muncul nama saya, mestinya tanya kesana,” kata Ade Bhakti saat dikonfirmasi via WhatsApp, Jumat (19/1/2024).

“Karena saya merasa saya gak ngapa-ngapain. Saya bekerja seperti biasa, melakukan hal-hal yang menjadi tanggung jawab saya di pemerintah kota Semarang, pas jadi camat ya jadi camat, sekarang di damkar ya jadi damkar, ya melayani dengan baik itu aja sih,” sambungnya.

Terkait keinginan masyarakat agar maju dalam Pilwalkot Semarang, dirinya mengaku harus berfikir jauh karena ia seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak punya partai politik.

“Kalau masuk di survei itu ya mestinya tanya ke lembaga surveinya, tapi kalau masyarakat mendukung ya harus berfikir dulu karena saya kan ASN, karena harus ada kendaraan juga yang mesti ditumpaki, diisi bensin. Nah, hal seperti itu panjang mas,” ungkapnya.

“Cuma, kalau terkait nama saya masuk di survei itu kayaknya lebih pas tanya ke lembaga surveinya. Mungkin jawabannya lebih akademis, mungkin ada rumusnya karena setahu saya itu harus ada statistik,” tuturnya.

Sebelumnya, Peneliti Aksara Research dan Consulting Dermawan Iskandar menerangkan hasil survei yang menunjukkan Ade Bhakti sedang naik daun di media sosial. Terutama setelah mengkritik program Nasi Goreng Mbak Ita yang disinyalir membuatnya diberhentikan dari Camat Gajahmungkur.

Walhasil, ia unggul di kalangan milenial sebagai tokoh yang berpeluang maju dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Semarang versi Aksara Research and Consulting.

“Pak Ade Bhakti punya modal tinggi, dia menguasai milenial dan Gen Z, terutama di kalangan yang tingkat pendidikannya juga menengah atau SMA ke atas,” ungkap Dermawan.

Hasil survei tersebut cukup mengejutkan karena Ade Bhakti masuk tiga kandidat kuat yang digadang-gadang punya kans maju dalam kontestasi politik di Ibu Kota Jawa Tengah.

Secara berurutan tiga nama itu yaitu Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Anggota DPR RI sekaligus CEO PSIS Semarang AS Sukawijaya alias Yoyok Sukawi, serta ASN Pemkot Semarang Ade Bhakti Ariawan.

Ketiga tokoh itu menjadi sorotan dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Membaca Politik Tahun 2024 Jelang Pilwakot Kota Semarang”. Agenda digelar oleh Forum Media Online Kota Semarang (FOMOS) di Rumah Popo, Kompleks Kota Lama Semarang, Jumat (19/1/2024) sore.

Kendati demikian, ia menilai Mbak Ita (Hevearita Gunaryanti Rahayu) sebagai petahana paling diuntungkan dalam kontestasi Pilwalkot November mendatang. Wali Kota Semarang ini dianggap unggul di kalangan generasi tua atau pre boomer dan baby boomers.

“Bu Ita diatas angin, dia incumbent dan dia yang paling diuntungkan karena incumbent kan yang paling punya resources walaupun ada pesta demokrasi Pilpres dan Pileg dia masih menjabat,” kata Dermawan

Namun menurutnya, kontestasi Pilwakot Semarang pada November 2024 akan menarik. Pasalnya meskipun Mbak Ita saat ini dijagokan karena petahana, namun dinilai masih lemah di kalangan generasi muda, khususnya kaum milenial dan Gen Z.

Padahal daftar pemilih di Kota Semarang didominasi oleh kalangan generasi muda dengan prosentase suara sebanyak 52 persen. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi politikus PDI Perjuangan tersebut.

“Yang menarik memang Bu Ita di kalangan milenial dan Gen z dia masih cukup rendah, kalah oleh Ade Bhakti dan Mas Yoyok. Di tengah kontestasi Pilkada 2024 dengan 52 persen milenial dan Gen Z Bu Ita belum mampu menyasar ke situ,” kata dia.

Sementara itu, Yoyok Sukawi, Anggota DPR RI dan Caleg DPR RI Dapil Jateng 1 dari Partai Demokrat, cukup digemari di kalangan generasi milenial. Terlebih dia merupakan pemilik klub bola kebanggaan warga Kota Semarang.

Selain ketiga tokoh ini, menurut kajian Aksara Research and Consulting, ada sejumlah nama lain yang punya peluang. Di antaranya Sekda Kota Semarang Iswar Aminuddin, Ketua DPRD Semarang Kadar Lusman, dan Ketua Kadin Semarang Arnaz Agung Andrarasmara.

Selain itu juga istri mantan Wali Kota Krisseptiana Hendrar Prihadi (Tia Hendi), dua politikus Partai Gerindra Joko Santoso dan Yudi Indras, serta mantan Wali Kota Semarang Soemarmo Hadi Saputro.

“Tapi yang kemungkinan besar berpeluang ya Bu Ita, Mas Yoyok, Pak Iswar kemudian Ade Bhakti,” tegas Dermawan.

Hadir sejumlah narasumber di antaranya Peneliti Aksara Research dan Consulting Dermawan Iskandar, Dosen FISIP Undip Dzunuwanus Ghulam Manar, Dosen FISIP UIN Walisongo Kholidul Adib, Mantan Ketua Bawaslu Jawa Tengah dan KPU Jawa Tengah Fajar Saka, dan Wakil Ketua PWI Jawa Tengah Adib Usman.

Sementara, Kholidul Adib menilai munculnya nama Ade Bhakti dalam survei karena Aksara Research sebagai lembaga survei mencoba untuk menampilkan sejumlah nama potensial yang sempat mencuat di Kota Semarang.

“Dalam kehidupan demokrasi nama siapa pun berhak untuk ditampilkan. Kebetulan nama Ade Bhakti ini mencuat saat dia menjabat sebagai camat Gajah Mungkur dan mengkritisi program lomba nasi goreng Bu Ita, tak lama kemudian namanya digeser sebagai sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran,” ujarnya menjawab pertanyaan wartawan.

Menurutnya, Aksara Research mencoba untuk menampilkan sejumlah tokoh yang memiliki tren positif untuk diukur elektabilitasnya di mata masyarakat, salah’ satunya Ade Bhakti. “Saya kira dalam konteks demokrasi itu sah-sah saja dan ke depan akan terus berkembang, bisa terbuka muncul nama-nama baru. Jadi pihak Aksara pun saya kira akan melakukan survei lagi setelah pilpres dan nanti mungkin akan muncul nama-nama baru lagi,” ujarnya.

Focus Group Discussion (FGD) bertema “Membaca Politik Tahun 2024 Jelang Pilwakot Kota Semarang. Foto: istimewa

Di lain pihak, Mantan Ketua KPU dan Bawaslu Jateng, Fajar Saka pada forum ini lebih menyoroti pada proses pencalonan kedepan daripada sosok. Dia berharap nanti ada lebih dari satu pasangan yang mencalonkan diri.

“Saya lebih menyoroti pada prosesnya, tidak ke tokohnya. Belajar pada Pilwakot 2020, saya membayangkan idealnya pada 2024 tidak ada calon tunggal atau calon tidak melawan kotak kosong,” ujar dia.

Pasalnya jika berkaca pada Pilwakot Semarang tahun 2020, hanya ada satu pasangan calon yang maju, yaitu Hendrar Prihadi dan Hevearita G Rahayu. Dia tidak ingin hal ini akan terulang di Pilwakot 2024.

“Karena partai politik punya kewajiban kaderisasi dan rekrutmen. Harapannya dari partai-partai memunculkan nama-nama yang pantas diusung sebagai calon wali kota dan wakil wali kota,” ungkap Fajar. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat