SEMARANG, Lingkar.co – Ketua Badan Kerja sama Organisasi Wanita (BKOW) Jawa Tengah, Nawal Nur Arafah Yasin, mengatakan, perempuan, khususnya santriwati bisa menjadi aktor strategis dalam pembangunan.
Hal itu ia sampaikan dalam Live Instagram bersama akun @impressive.santri, bertajuk “Peran Perempuan Pesantren: Dulu Kini dan Nanti”, Minggu (22/8/2021) malam.
Istri Wagub Jateng itu, mengatakan kecerdasan dan kepiawaian perempuan Indonesia turut berkontribusi terhadap pembangunan.
“Kecerdasan serta kepiawaian perempuan-perempuan Indonesia khususnya, tidak bisa lagi dianggap remeh karena telah turut berkontribusi terhadap pembangunan,” jelasnya.
Pembangunan tersebut, tidak hanya dalam arti sempit saja. Namun, juga bisa dalam arti luas, yakni membangun karakter masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.
“Tidak hanya pembangunan di desa-desa, tetapi juga pembangunan secara nasional yang dapat mengubah kehidupan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera,” ucapnya.
Selain menjadi aktor pembangunan, Ning Nawal-sapaan akrabnya, mengatakan, perempuan juga mampu menjadi roda penggerak ekonomi. Terlebih, dalam pandemi Covid-19.
“Pada masa pandemi ini, dengan dampak yang luar biasa. Tuntut kreativitas kita dalam ekonomi yang lebih mendayagunakan UMKM yang ada, misal UMKM yang diinisiasi oleh santriwati seperti beberapa produk makanan. Ini sangat berpengaruh untuk meningkatkan ekonomi,” jelasnya.
Baca Juga:
Gunakan Medsos untuk Tingkatkan Minat Kunjungan, Yakinkan Tempat Wisata Aman
BERADAPTASI TERHADAP REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Ning Nawal berpesan kepada santriwati, agar mampu beradaptasi dengan era digitalisasi saat ini. Terlebih pada revolusi industri 4.0.
“Adanya tantangan revolusi industri 4.0. Kita (para perempuan) juga di tuntut untuk harus adaptif, dalam hal kecakapan berteknologi,” katanya.
Dengan penguasaan teknologi yang baik, akan menunculkan kreativitas dan inovasi dan berdampak lebih signifikan.
“Dengan begitu akan membentuk karakter santri yang mandiri, ulet, dan berdaya saing tinggi,” ucapnya.
Selain itu, santriwati juga dituntut untuk memiliki “Life Skill”, guna menjadi santri yang berdaya dalam keadaan apapun, memiliki integritas yang tinggi, juga berakhlak mulia.
Saat ini, menurutnya, Pesantren Jawa Tengah tidak hanya mengajarkan mengaji, namun juga telah mengembangkan digitalisasi.
“Seperti yang ada di Ponpes Al-Anwar sudah ada majalah yang diterbitkan anak-anak sendiri, kemudian sudah ada pojok baca, bahkan memiliki perpustakaan tersendiri,” tutupnya.
Penulis : Rezanda Akbar D
Editor : M. Rain Daling