Lingkar.co – Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI) Jawa Tengah menyiapkan program pembinaan usia dini sebagai langkah strategis melahirkan atlet padel nasional. Program ini akan mulai digulirkan usai pelantikan pengurus PBPI Jateng periode 2025–2029 pada Rabu (1/10/2025).
Ketua Umum PBPI Jateng, Arganto Wibowo Pangarso, mengatakan pihaknya tidak ingin sekadar mengembangkan olahraga padel sebagai tren baru, melainkan menjadikannya sebagai wadah pembinaan atlet berprestasi.
“Jawa Tengah punya potensi besar karena dikenal gudangnya atlet. Kami ingin memulai pembinaan sejak dini agar dalam beberapa tahun ke depan, padel bisa melahirkan juara-juara nasional bahkan internasional,” jelasnya.
Program Pembinaan dan Infrastruktur
Untuk mendukung pembinaan tersebut, PBPI Jateng akan menggelar turnamen series yang memperebutkan Piala Gubernur Jateng di akhir tahun 2025 atau awal 2026. Turnamen ini sekaligus menjadi ajang pencarian bibit atlet dari berbagai daerah.
Selain itu, beberapa daerah di Jateng saat ini sudah memiliki atau sedang membangun lapangan padel, antara lain di Semarang, Kendal, Kudus, Pekalongan, Tegal, Magelang, Banyumas, Solo, Sukoharjo, dan Karanganyar.
“Kami ingin pembinaan ini tidak hanya terpusat di kota besar, tetapi juga menyebar hingga kabupaten/kota. Dengan begitu, regenerasi atlet padel bisa berjalan berkesinambungan,” tegas Arganto.
Dukungan PBPI Pusat
Ketua Umum PBPI Pusat, Galih Dimuntur Kartasasmita, menekankan pentingnya pembinaan usia dini sebagai kunci prestasi. Ia mengungkapkan, dalam dua bulan ke depan, PBPI akan mendatangkan sertifikator dari Federasi Internasional Padel (FIP) untuk melatih calon pelatih di seluruh provinsi.
“Setiap pengurus provinsi wajib mengirim minimal dua calon pelatih. Dengan begitu, pembinaan usia dini bisa berjalan lebih terarah dan berbasis standar internasional,” ujarnya.
Galih juga mengingatkan agar perkembangan padel di Indonesia tidak hanya fokus pada pembangunan lapangan, tetapi juga menyeimbangkan antara industri olahraga dan prestasi.
“Kalau hanya sekadar membangun lapangan tanpa pembinaan, nasibnya bisa seperti di Swedia, di mana 30–40 persen fasilitas tutup. Indonesia harus belajar dari itu,” tandasnya.
Potensi Jateng
Dengan jumlah penduduk yang besar, tradisi olahraga yang kuat, dan infrastruktur yang terus berkembang, Jawa Tengah diyakini menjadi salah satu provinsi kunci dalam melahirkan atlet padel nasional.
“Kalau program ini dijalankan dengan konsisten, dalam waktu dekat Jawa Tengah bisa menjadi barometer padel di Indonesia,” pungkas Galih. ***