Lingkar.co – Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang menggembleng relawan dalam pelatihan Satuan Siaga Bencana (Satgana) selama 4 hari di markas Brimob Polda Jateng, Manyaran, Kota Semarang.
Ketua PMI Kota Semarang, Dr. dr. Awal Prasetyo,. M.Kes,. Sp.THT-KL MM (ARS) mengatakan selama mengikuti pelatihan Satgana, para relawan akan dilatih untuk disiplin dan kompeten dalam menolong korban, sehingga pada saat dibutuhkan bisa menjalankan tugas seusai aturan yang berlaku atau standar pelayanan.
“Dalam menjalankan tugas kita kan berhadapan dengan manusia, jadi manusia berhadapan dengan manusia, bukan mesin. Jadi ya harus memberikan pelayanan yang manusiawi,” kata awal dalam sambutan pembukaan, Kamis (31/10/2024).
Ia mengingatkan bahwa menolong manusia harus memperhatikan skala prioritas yakni korban bencana yang masih hidup dan korban yang memiliki peluang hidup. Karena itu, ia meminta agar relawan terlaih dalam menilai tanda vital, yakni Air (udara atau nafas), Breath (denyut nadi) dan Circulation (peredaran darah) yang disingkat menjadi ABC.
“Kalau sudah tidak ada tanda ABC ya sudah, kita prioritaskan ke yang lain dulu,” ujarnya.
Awal mengatakan, sebagai insan Palang Merah, dalam setiap penanganan bencana harus berpegang pada prinsip berpikir logis, bertindak cepat dan tanggap dalam bertugas.
“Ada tiga aspek dalam diri manusia, yakni aspek fisik, mental dan sosial pada relawan dan korban yang perlu diperhatikan,” terangnya.
Ia pun mengingatkan agar relawan harus menjaga fisik pada saat melaksanakan tugas kebencanaan. Menurutnya, relawan harus istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan bergizi. Sebab nutrisi tubuh yang cukup akan mendukung kesehatan relawan saat bertugas.
“Kita memperhatikan aspek fisik dari korban dan relawan dengan memperhatikan istirahat hingga makanan,” urainya.
Selanjutnya aspek exercise atau latihan bagi relawan agar relawan memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan di lapangan. “Dan aspek connection relawan dan korban bisa saling mengikat,” ujarnya.
Ia melanjutkan, relawan juga harus memiliki kesehatan mental dan menjaga kesehatan mental korban saat penanganan bencana. Dengan kesehatan mental yang baik, katanya, semangat relawan dan korban akan tetap terjaga.
Dengan kesadaran itu, ia menegaskan bahwa prinsip kemanusiaan saling terkait antara korban, dan pelaku kebencanaan. “Prinsip kemanusiaan dalam penanganan bencana ada aspek sosial dengan membangun interaksi antara relawan, korban dan stakeholder lainnya. Jadi, siaga penanganan bencana itu kompleks yang harus memperhatikan prinsip kemanusiaan,” paparnya.
Ketua panitia pelatihan, Rizwan Riska Afahni menambahkan, dari 30an calon peserta hanya 24 relawan bisa bertahan sejak proses seleksi. Peserta tersebut berasal dari unsur Korps Sukarela (KSR) dan Tenaga Sukarela (TSR). Mereka akan mendapatkan pembekalan pemateri dari Brimbob Polda Jateng, PMI dan BPBD Kota Semarang, serta Orari.
Selama 4 hari peserta akan digembleng tentang Manajemen Tanggap Darurat Bencana (MTDB), standar dalam pelayanan kemanusiaan (Sphere Projet), ambulans dan klinik kesehatan, kepalangmeratahan, radio komunikasi dan sebagainya. (*)
Penulis Ahmad Rifqi Hidayat