Pemkab Kudus Dorong Museum Patiayam Jadi Wisata Edukasi Unggulan

Lingkar.co – Pemerintah Kabupaten (Kudus) terus mendorong pengembangan pariwisata di daerahnya. Termasuk Mueum Patiayam yang didorong supaya dapat menjadi wisata edukasi unggulan

Penjabat (Pj) Bupati Kudus Muhamad Hasan Chabibie menyampaikan apresiasinya terhadap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) atas upayanya dalam merawat dan menata museum sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat. Dirinya menyatakan bahwa koleksi purbakala Patiayam adalah warisan sejarah yang tak ternilai harganya.

“Saya mengapresiasi apa yang dilakukan Disbudpar, sehingga bisa dinikmati masyarakat karena warisan itu sejarah yang tak ternilai dan saya berharap museum menjadi destinasi wisata edukasi yang mendidik,” katanya saat melakukan kunjungan ke Museum Situs Purbakala Patiayam di Desa Terban, yang didampingi Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Senin (29/1/2024).

Dirinya berharap lebih banyak masyarakat mengenal Museum Purbakala Patiayam dikarenakan museum salah satu pusat informasi dan sejarah. Hasan juga merencanakan penerapan teknologi animasi 3D guna memberikan gambaran lebih hidup kepada wisatawan terkait fosil yang ditemukan.

“Ini perlu diketahui oleh peserta didik untuk bahan belajar karena museum kaya akan informasi, sejarah. Peserta didik kita harus tau akan hal itu,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Mutrikah menyambut baik arahan hasan dalam memperbaiki tata kelola museum melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek. Dirinya berkomitmen untuk membangun jaringan yang luas demi memperkenalkan Museum Purbakala Patiayam sebagai daya tarik wisata yang kaya akan edukasi di Kudus.

“Harapannya ada komunikasi lebih lanjut tentang arahan pengelolaan, bagaimana ke depan Kudus punya daya tarik wisata edukasi yang baik,” katanya.

Diketahui, Museum Purbakala Patiayam memiliki 17 spesies fosil yang berasal dari berbagai habitat, termasuk laut, darat, dan rawa. Sebanyak 10.147 fragmen fosil turut disimpan, yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu yang dapat dinikmati oleh generasi masa kini. (*)

Penulis: Miftahus Salam