Pemkot Semarang Akan Lakukan Proses Skrining dalam Upaya Penyebaran Antraks

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu/Foto: Alan Henry
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu/Foto: Alan Henry

Lingkar.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang lakukan proses skrining dalam upaya mengantisipasi penyebaran penyakit hewan ternak termasuk antraks.

Antraks merupakan penyakit ternak yang bersumber dari binatang atau zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus antracis.

Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, pihaknya telah memastikan hewan-hewan ternak yang masuk sudah melalui proses skrining untuk mengantisipasi penyakit, termasuk antraks yang belakangan mulai merebak lagi.

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

“Antraks pastinya setiap kali bisa kena di hewan berkuku ya sehingga Distan (Dinas Pertanian) selalu mensortir terhadap para peternak,” ujar Ita, Selasa (11/7/2023).

Ita menjelaskan, Dinas Pertani (Distan) Kota Semarang telah melaporkan langkah skrining yang diperlukan untuk mengantisipasi dan mencegah agar tidak terjadi penularan antraks terhadap sapi-sapi yang ada di Kota Semarang.

“Selama ini belum ada. Mudah-mudahan enggak ada ya. Enggak diambil dari sana juga. Kan biasanya hewan ternak diskrining, termasuk dagingnya yang masuk,” bebernya.

Png-20230831-120408-0000

Lanjutnya, langkah vaksinasi antraks terhadap hewan ternak di Kota Semarang, akan ditinjau oleh Distan sejauh mana vaksinasi diperlukan dan efektivitasnya seperti apa.

“Vaksinasi nanti bisa dilihat dulu ya. Kalau Distan harus melakukan vaksinasi, ya dilakukan. Misalnya enggak ada anggaran, karena memang permaalahan nasional bisa diambilkan untuk vaksinasi,” katanya.

Meski tidak banyak, di Kota Semarang terdapat sejumlah sentra peternakan sapi dan kambing yang tersebar di beberapa wilayah pinggiran, seperti Mijen, Gunungpati, Ngaliyan.

Beberapa waktu lalu di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ditemukan kasus antraks dan menjangkit 87 warga, dan tiga orang di antaranya meninggal dunia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi mengatakan, bahwa tren kejadian antraks di Yogyakarta hampir setiap tahun terjadi.

Termasuk di antaranya pada 2019 tercatat sebanyak 31 kasus dan 2022 sebanyak 23 kasus meskipun selama ini belum ada laporan terkait kematian.

“Baru pada 2023 ini ada tiga kasus kematian akibat antraks di Indonesia. Satu suspek karena sudah ada hasil pemeriksaan laboratorium. Yang dua lainnya belum sempat diperiksa karena langsung meninggal,” kata Imran.

Penulis : Alan Henry

Editor : Kharen Puja Risma

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *