Lingkar.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bakal ambil alih pelaksanaan Haul Mbah Syafi’i Piyoro Negoro, yang akan dilaksnakan ditingkat kota.
Hal tersebut disampaikan Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, M. Khadik saat menghadiri kirab budaya yang digelar, Minggu (20/4/2025) pagi.
Khadik menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan haul akbar ketiga di tahun ini yang bisa mengemas acara secara meriah.
Khadik menilai, Sosok Mbah Syafi’i memiliki jasa yang besar bagi penyebaran Islam di Indonesia, karena mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Luhur sejak tahun 1609. Bahkan diketahui Mbah Syafi’i saat itu juga ikut berperang melawan Belanda.
“Saat ini pondok masih ada dan masih eksis. Haul di setiap tahun dilaksanakan dengan kirim doa, kirab budaya dan sholawatan ini sangat luar biasa,” katanya.
Adapun kirab sendiri diikuti ribuan orang dari 49 kelompok ditingkat RW ataupun kelurahan dari Ngaliyan Tugu, Mijen dan Semarang Barat. Sebelumnya juga digelar lomba rebana tingkat Jawa Tengah, yang menyebutkan hadiah jutaan rupiah.
Menurut dia, Pemkot akan mensuport penuh jika agenda haul dimasukkan ke agenda budaya tahunan tingkat kota, agar lebih meriah dan bisa menggerakkan perekonomian masyarakat.
“Harapannya bisa dilakukan ditingkat kota (tahun depan, red) ini apresiasi kepada beliau yang ikut berjasa menyebarkan Islam, dan melawan penjajah,” bebernya.
Sementara itu, Kadar Lusman tokoh masyarakat setempat menjelaskan, acara haul pada tahun ini semakin meriah karena peserta dari masing-masing wilayah mau nguri-uri kebudayaan setempat untuk di eksplorasi dan dipamerkan.
“Kegiatan seperti ini harapannya bisa di handel Pemkot, karena bisa menggali potensi wilayah ditingkat kelurahan ataupun ditingkat RW,” ujarnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPRD ini, menerangkan sosok Mbah Syafi’i merupakan pendiri Ponpes Luhur Dondong, yang merupakan tertua kedua di Indonesia. Beliau juga berjuang melawan penjajah selain melakukan syi’ar agama.
Dari sejarah yang ada Mbah Syafi’i merupakan tokoh agama yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa pada tahun 1600-an. Konon, Mbah Sholeh Darat yang dikenal sebagi guru dari KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), KH Hasyim Asyari (Pendiri Nahdlatul Ulama), serta Raden Ajeng Kartini (Pahlawan Emansipasi Wanita) pun sempat belajar agama di Pondok Luhur Dondong.
Dalam kirab tersebut juga ditampilkan kitab peninggalan Mbah Syafi’i yang sampai saat ini disimpan rapi di Ponpes Luhur Dondong, Wonosari Ngaliyan. Menurut pria yang akrab disapa Pilus ini, atas jasa beliau sebenarnya sosok Mbah Syafi’i layak dijadikan sebagai pahlawan nasional.
“Selain syi’ar agama, beliau juga ikut berjuang melawan penjajah. Bagi saya beliau sudah layak dijadikan pahlawan nasional,” pungkasnya. ***