Lingkar.co – Pemerintah kota atau Pemkot Semarang terus mendorong munculnya kebiasaan pengelolaan sampah di masyarakat. Melanjutkan Pilah Sampah, salah satu Program 100 Hari Kerja Agustina-Iswar, pemerintah kota Semarang memperluas habit pengelolaan sampah ke lingkungan pondok pesantren.
Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminnudin mengungkapkan persoalan sampah saat ini menjadi permasalahan yang cukup pelik dan perlu mendapat perhatian khusus. Tidak pemerintah, tapi seluruh elemen masyarakat harus bergerak bersama di penanganan sampah.
Karena itu, di awal mengemban amanah kepala daerah, Pilah Sampah menjadi salah satu program prioritas 100 hari kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang, Agustina-Iswar, untuk dilaksanakan.

Program Pilah Sampah akhirnya menjadi embrio terciptanya habit atau kebiasaan masyarakat di pengelolaan sampah yang muaranya bisa mengurangi beban tempat pembuangan akhir, sekaligus memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat.
“Bahwa hari ini, kondisi darurat sampah, perlu disikapi bersama. Produksi sampah di Kota Semarang hari ini mencapai hampir 1.000 ton per hari. Perlu ada sebuah kesadaran penuh yang perlu kita ciptakan kaitannya di pengelolaan sampah,” kata Iswar saat membuka Sosialisasi dan Pelatihan Pengelolaan Sampah Pesantren di Ponpes Al Itqon, Pedurungan, Semarang, Senin (28/7/2025).

Tidak hanya di lingkungan kelurahan, RT maupun RW, tapi Pilah Sampah juga harus diperluas, salah satunya dengan menyasar lingkungan pondok pesantren. Karena pondok pesantren adalah salah satu tempat sumber pengetahuan yang mampu mengubah tatanan di masyarakat.
“Keterlibatan pesantren diharapkan mampu menciptakan habit pengelolaan sampah bagi ribuan santri dan masyarakat sekitarnya. Dan di Ponpes ini (Al Itqon), pengelolaan sampah ternyata sudah berjalan lama. Sejak 15 tahun lalu di sini sudah ada incenerator,” sebutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Iswar mengapresiasi kiprah dari Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) bersama Dinas Lingkungan Hidup Jateng dan Kota Semarang yang menginisiasi Sosialisasi dan Pelatihan Pengelolaan Sampah Pesantren di Ponpes Al Itqon
“Mudah-mudahan bisa masif ke pesantren-pesantren lain sehingga tercipta habit untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,” sambungnya.
Senada, Direktur P3M KH Sarmidi Husna menambahkan persoalan sampah saat ini menjadi problem nasional, bahkan internasional. Ia menyebut sejumlah kabupaten kota di Indonesia sudah darurat sampah.
“Di Yogya, ketinggian sampah sampai 125 meter. Rata-rata di kabupaten kota tingginya sampah mencapai minimal 30 meter,” tutur dia.
Karena itu, lanjut Sarmidi Husna, P3M ikut terjun langsung memberikan edukasi soal pengelolaan sampah ke masyarakat, khususnya kalangan pondok pesantren. Terlebih, menjaga kebersihan lingkungan maupun mengelola sampah diriwayatkan sebagai salah satu sunah rasul.
“Pengelolaan sampah, di zaman Rasulullah Muhammad SAW menjadi perhatian tersendiri. Bahkan ketika sahabat nabi. Ummu Mahjad, yang mengelola kebersihan dan persampahan lingkungan masjid yang menjadi tempat beribadah Rasul dan sahabat, meninggal dunia, Rasulullah mendoakan secara khusus di makamnya,” pungkasnya. (Adv)
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps