JAKARTA, Lingkar.co – Pasien kanker payudara boleh mencoba pengobatan alternatif, seperti jamu-jamuan dan lainnya. Namun, untuk pengobatan alternatif ada jangka waktu maksimalnya.
Dokter spesialis bedah onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Sonar Soni Panigoro mengatakan, maksimal untuk mencoba pengobatan alterntif cukup satu bulan. Menurutnya, jika tidak ada efeknya, ia menyarankan ke pengobatan medis.
“Sayangnya, banyak pasien saya yang tidak mendpat hasil baik usai menjalani pengobatan alternatif. Bahkan, kondisi kankernya stadium lanjut,” katanya.
Cipto menjelaskan, penanganan pengobatan kanker lebih baik sedini mungkin sesuai tipe. Melakukan penundaan bisa beresiko menyebabkan sel kanker semakin berkembang.
“Banyak pasien yang menunda pengobatan secara medis. Mereka kebanyakan terlambat datang (ke pengobatan medis, Red), karena memilih mencoba pengobatan alternatif,” ungkapnya.
Menurut Cipto, banyak pasien yang memilih pengobatan alternatif karena menganggap tidak banyak efek samping. Selain itu, pasien menganggap tidak semenakutkan ketimbang operasi yang menimbulkan bekas luka atau kemoterapi.
“Padahal, ketika terlambat tertangani secara medis juga beresiko. Kami saja yang di kedokteran dan ada puluhan tahun studi masih banyak kegagalan dalam pengobatan. Tidak semua pengobatan berhasil,” tutur Sonar.
Ia menyarankan, jika ada benjolan di payudara untuk segera memeriksakan ke dokter. Apabila dokter mecurigai kanker, pasien disarankan menjalani biopsi. Jika terbukti kanker, dokter akan menentukan pengobatan selanjutnya.
“Umum dokter akan melakukan pembedahan. Kemudian terapi tambahan seperti penyinaran, kemoterapi, hormonal atau terapi target,” ungkapnya.(ara/lut)
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps