Polemik Larangan Timnas Israel Main di Indonesia, Yenny Wahid Minta Bebaskan Olahraga dari Kepentingan Politik

Direktur Wahid Foundation, Zannuba Arifah Chafsah saat menerima penghargaan RAN PE Awards 2023 dari Badan Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Sultan Hotel & Residence Jakarta, Jum’at, (10/3/2023). Foto: dokumentasi

Lingkar.co – Yannuba Arifah Chafshah (Yenny Wahid) memberi tanggapan terkait pelarangan Timnas Sepakbola Under 20 (U-20) Israel bermain di Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Bahkan, Ketua PSSI, Erick Tohir juga menyampaikan keberatan kepada FIFA.

“Bagi saya, olahraga harus dibebaskan dari kepentingan politik. Karenanya kepesertaan harusnya dibuka untuk atlit dari negara mana pun,” kata Yenny kepada Lingkar.co di Jakarta, Selasa (28/3/2023).

Yenny mengingatkan, atlit hanya fokus pada persoalan olahraga, atlit tidak berkompeten dan tidak terlibat langsung dalam membuat kebijakan politik luar negeri suatu negara.

“Bagaimana pun, para atlit tidak ikut merancang kebijakan luar negeri negaranya. Dunia mereka hanya olahraga. Janganlah mereka ikut dihukum untuk tidak boleh bertanding karena kebetulan pemerintahnya menganut kebijakan yang kontroversial. Bebaskan para atlit untuk fokus pada upaya meraih prestasi,” pintanya.

Direktur Wahid Foundation ini juga menyadari adanya isu atlit Palestina tidak memiliki kebebasan dalam mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki.

“Kita perlu sadari, persoalan kebebasan bergerak bagi atlit Palestina memang masih menjadi isu besar sampai saat ini. Hal wajar jika Indonesia perlu mengingatkan FIFA agar betul-betul berpegang pada prinsip ekualitas dan inklusivitas,” ingatnya.

Selain itu, menurut Yenny Wahid, bangsa Indonesia perlu menyadari persoalan tersebut mestinya terkait dengan sportifitas Israel. Yakni memberikan kebebasan kepada atlit Palestina untuk berkembang dan berprestasi.

“Menurut saya, kalau Indonesia ingin mengizinkan Timnas Israel untuk bertanding, ya, harus ada syarat-syaratnya. Israel, misalnya, harus berhenti menghambat klub sepak bola Palestina atau pemainnya untuk bertanding,” ujarnya.

“Ini syarat yang cukup adil. Bagaimana pun, prinsip ‘aksesible dan inklusif’ yang diusung FIFA, harus betul-betul diterapkan tanpa kecuali,” tandasnya.

Lebih jauh, putri mendiang Presiden keempat RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini mengingatkan, sejarah ketika Ketua Federasi Sepakbola Palestina, Jibril Rajoub menarik tuntutan pencabutan keanggotaan Israel yang dilayangkan ke FIFA.

“Palestina sendiri juga fair kok. Pernah, tahun 2015, Jibril Rajoub, Ketua Federasi Sepakbola Palestina, pernah mendesak agar FIFA melarang keanggotaan Israel. Tapi lalu Rajoub mencabutnya, tahu mengapa?,” ungkapnya.

“Sebab Federasi Sepakbola Israel setuju terhadap sejumlah poin yang diajukan Rajoub, diantaranya adalah terkait kebebasan bergerak bagi para pemain sepakbola Palestina. Peristiwa ini terjadi di Kongres ke-65 FIFA di Zurich. Hampir 90 % peserta kongres mendukung usulan tersebut,” jelasnya.

Sejalan dengan hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) ini juga mengkritik FIFA yang tidak konsisten dengan melarang Rusia.

“Masalahnya, FIFA setahu saya masih melarang atlit Rusia untuk ikut bertanding. Bagi saya ini adalah standar ganda, prinsip ekualitas dan inklusivitas tidak diberlakukan setara untuk semua,” tukasnya.

Bahkan, pihaknya juga menjalin komunikasi ke Federasi Panjat Tebing Rusia agar bisa ikut berlaga dalam kompetisi internasional terdekat.

“Saya sendiri, sebagai Ketua Umum salah satu cabang olahraga, sedang memperjuangkan Rusia agar bisa ikut bertanding di kejuaraan dunia lagi,” sambungnya.

“Kebetulan beberapa hari lagi akan ada General Assembly Federasi Panjat Tebing. Kami, dari Federasi Indonesia, sedang berkomunikasi dengan Federasi Rusia untuk memperjuangkan keikutsertaan atlit-atlit mereka,” jelasnya. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat