BLORA, Lingkar.co – Salah seorang petani asal Blora membuktika bahwa untuk menghasilkan keuntungan ratusan juta dalam kurun waktu setahun di lahan seluas satu hektar dapat terwujud dengan menanam porang.
Baca juga:
Semi Final Piala Menpora, Persija Jakarta Unggul Adu Pinalti Melawan PSM Makassar
Heriyanto, salah seorang petani porang asal Desa Karangjong, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora mengungkapkan, bukan perkara sulit untuk mendapatkan keuntungan Rp 500 juta dalam setahun dengan menanam porang.
“Ini dalam satu hektar kalau dengan modal bibit sekitar sekilo isi 5, itu dalam setahun itu mencari target sekitar 500 juta In Syaa Allah tercapai,” ucap Heriyanto.
Namun Heriyanto juga memberi penekanan, meski keuntungannya besar, tapi biaya produksi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak itu juga tidak sedikit.
Baca juga:
54 Sekolah di Jepara Pilih Ujian Sekolah Tatap Muka
“Dengan modal kerja per hektar estimasi sekitar 100 sampai Rp 120 juta setahun, itu baru terhitung dari umbinya,” katanya.
Sementara bonusnya, yakni katak porang dalam satu pohon, bisa menghasilkan sekitar 10 buah.
“Sekarang ini, katak sekilo fresh Rp 190.000,00. Nanti kalau sudah dikarantina sebulan itu bisa nyampe Rp 250.000,00 dan waktu musim tanam bisa mencapai Rp 500.000 per kilo,” jelasnya.
Baca juga:
Guru di SMA N 1 Gondang Positif Covid-19, Bupati: Bukan Sekolah Tunjukan PTM
Porang Nantinya Jadi Komoditas Primadona di Indonesia
Heri menambahkan, sampai saat ini porang merupakan komoditas ekspor yang mana pabrik pengolahan barang tersebut belum dapat ditemukan di Indonesia.
“Masyarakat kita biasanya mengonsumsi barang jadi yang impor dari Jepang, seperti mie shirataki, beras shirataki untuk orang-orang yang diet karbo itu, padahal barangnya dari sini,“ terang Heriyanto.
Baca juga:
KSPI Dorong Pemprov Jawa Tengah Segera Bentuk Satgas THR
Maka dari itu, Heri yakin bisnis porang di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan masih menjadi primadona bagi hampir semua kalangan.
“Jadi ini sangat potensial sekali karena dia enggak mengganggu tanaman utamanya, dia juga tidak terganggu oleh tanaman utamanya, jadi sangat menguntungkan sekali,” pungkas Heri. (oru/luh)
Baca juga:
Sound of Borobudur Adaptasi Alat Musik di Relif Candi