SEMARANG, Lingkar.co – Usai adanya konfirmasi penundaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Gunawan Sapto Giri. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam membetulkan hal tersebut.
Dari hasil evaluasi yang ia dapatkan, setelah melakukan random sampling atau testing selama tiga hari kepada 3.729 siswa dan tenaga pendidik dengan rincian 1.980 pada 25 Oktober, 1.452 pada 26 Oktober, dan 297 pada 27 Oktober.
Telah memuahkan hasil terkonfirmasi ada 70 kasus positif, jika dipresentase hanya mencapai 1,9 persen dari total testing yang telah berjalan.
“Kasus ini tersebar di 29 sekolah, yakni 2 SMA/SMK, 4 SMP, 16 SD, dan 7 pondok pesantren hasilnya ada 70 orang yang terpapar,” katanya kepada Lingkar.co, Selasa (2/11/2021).
Namun, dari 70 orang yang terpapar bukan dari klaster sekolah. Setelah dilakukan penelusuran kontak erat, pihaknya sama sekali tidak menemukan kasus tambahan.
Tracing yang telah pihaknya lakukan sebanyak 30 kontak erat baik sekolah, pengantar maupun keluarga.
“Tidak bisa disebut klaster sekola. Karena Bisa disebut klaster ada kontak erat pada lebel satu dan dua dinyatakan positif,” tambahnya.
Kasus tersebut paling banyak terkonfirmasi di Semarang Barat, Tembalang, Ngaliyan, Banyumanik, Semarang Utara, Semarang Timur, Pedurungan, Semarang Selatan, Gayamsari, Gunungpati, Semarang Tengah, dan Gajahmungkur.
“Rentan usia terbanyak usia 6 – 12 tahun yakni 31 kasus. Disusul rentang usia 13 – 15 tahun sebanyak 23 kasus, lebih dari 18 tahun sebanyak 11 kasus, dan rentang usia 16 – 18 ada 5 kasus,” tuturnya.
Hasil CT Value
Dari hasil CT value, satu kasus berada apda CT Value 29. Kemudian, 11 kasus memiliki CT value antara 30 – 25.
Sedangkan, 58 kasus memiliki CT value lebih dari 35. Menurut dia banyaknya temuan kasus di SD ini dimungkikan belum mendapatkan vaksinasi.
“Tapi beberapa faktor lain terutama yang CT valuenya 37, 38, 39, ternyata mereka satu bulan yang lalu penyintas. Ini masih kami analisa lagi,” jelasnya.
Ia berharap, agar nantinya Pemerintah Pusat bisa memberikan perhatian kepada vaksinasi anak usia dibawah 15 sampai 3 tahun.
Apalagi anak usia sekolah dibawah 12 tahun belum boleh dilakukan vaksinasi. Jika berkaca pada negara tentangga, anak berusia dibawah 12 sudah mendapat vaksinasi.
“Sebagian yang positif ini enjalani isolasi terpusat di rumah dinas wali kota guna meminimalisir penyebaran kasus. Sementara untuk siswa maupun tendik yang memiliki CT value di atas 35 dilakukan tes evaluasi dengan hasil negatif,” tambahnya.
Untuk itu, Dinkes Kota Semarang, memberikan rekomendasi kepada Dinas Pendidikan untuk melakukan pembelajaran via daring terlebih dahulu di sekolah yang terdapat kasus Covid-19.
“Kalau penularannya dua sampai lima persen, penutupan dilakukan satu kelas. Kalau kurang satu persen, kontak erat saja yang tidak boleh ikut PTM,”katanya lagi.
Untuk mengantisipasi hal serupa, Hakam akan menggencarkan tracing mulai hari ini untuk memeriksa apakah ada jilid kedua. Total ada 122 sekolah yang bakal disasar dengan jumlah 3.660 siswa dan 366 tenaga pengajar.
“Kita masih lakukan pemantauan 14 hari kepada kontak erat, mereka juga kami rujuk ke rumdin agar tidak menularkan ke keluarga,” pungkasnya.
Penulis : Tito Isna Utama
Editor : Rezanda Akbar D.
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps