Lingkar.co – Di tengah dominasi para pembalap senior di ajang 76 Indonesian Downhill (IDH) Urban 2025 Seri 2, nama Dimas Aradhana mencuri perhatian publik. Atlet muda berusia 17 tahun dari 76 Rider DH Squad ini berhasil menjadi juara di kelas Men Junior dengan catatan waktu 1 menit 27,870 detik—hanya terpaut 0,004 detik dari juara utama Men Elite, M. Abdul Hakim.
Capaian tersebut menjadi sinyal kuat bahwa regenerasi atlet downhill Indonesia berjalan positif. Dimas tampil konsisten sejak sesi seeding run hingga final run yang digelar di kawasan Tegalsari, Semarang, Minggu (5/10).
Ia menunjukkan kemampuan teknis dan keberanian menaklukkan berbagai obstacle ekstrem seperti big drop, table top, dan super bowl.
“Evaluasi dari hari sebelumnya, saya tambahkan pedalling sekitar lima meter di beberapa section agar hasilnya lebih baik. Puas banget bisa dapat waktu lebih cepat dari seeding run,” ujar Dimas usai balapan.
Meski berstatus junior, gaya balap Dimas dinilai matang. Ia mampu menjaga stabilitas saat melintasi turunan tajam dan tikungan sempit di antara pemukiman warga Tegalsari. Mental bertandingnya yang kuat menjadi modal penting untuk bersaing di level nasional.
Pelatih 76 Rider DH Squad, Agnes Wuisan, mengungkapkan kebanggaan terhadap pencapaian Dimas. Menurutnya, kehadiran atlet muda seperti Dimas menjadi bukti keberhasilan program pembinaan jangka panjang tim dalam mencari talenta baru.
“Kami memang mendorong pembalap muda ikut di event besar agar mereka terbiasa menghadapi tekanan dan atmosfer kompetisi yang sesungguhnya. Dimas adalah contoh hasil dari proses pembinaan yang konsisten,” ujar Agnes.
Event 76 IDH Urban 2025 Seri 2 sendiri memperlombakan 12 kategori, mulai dari Men Elite, Women Open, hingga berbagai kelas Men Master dan Sport. Namun sorotan kali ini tertuju pada kemunculan talenta muda yang berani menantang seniornya di lintasan.
Dimas mengaku, dirinya termotivasi oleh rekan satu timnya, M. Abdul Hakim atau akrab disapa Jambol, yang berhasil menjadi juara di kelas Men Elite. “Kak Jambol sering kasih tips soal kontrol kecepatan dan teknik di turunan. Saya belajar banyak dari beliau,” ungkap Dimas.
Lintasan urban downhill Tegalsari dikenal sebagai salah satu trek paling teknis di musim 2025. Kombinasi antara jalan sempit, tanjakan curam, dan rintangan buatan membuat kecepatan harus diimbangi presisi tinggi. Namun bagi Dimas, tantangan itulah yang membuatnya semakin bersemangat.
“Saya suka lintasan Semarang karena lengkap banget, dan bikin adrenalin naik. Harapannya, ke depan bisa bersaing di kelas Men Elite,” kata Dimas optimistis.
Kesuksesan Dimas menjadi simbol harapan baru bagi dunia downhill Indonesia. Regenerasi atlet muda diharapkan terus berlanjut agar cabang olahraga ekstrem ini tak hanya jadi tontonan, tetapi juga melahirkan prestasi di level internasional.
“Dengan munculnya talenta muda seperti Dimas, masa depan downhill Indonesia bisa lebih cerah,” tutup Agnes. ***