Sahur Bersama di Unissula, Anas Urbaningrum Ajak Jaga Tradisi Intelektual Aktivis

Lingkar.co – Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum berpesan kepada para mahasiswa untuk tetap menjaga tradisi intelektual yang lazim dilakukan para aktivis mahasiswa.

“Saya ingin mengingatkan sekaligus mengajak para adik-adik menghidupkan tradisi aktivis, tradisi intelektual di HMI,” kata Anas.

Ia menyatakan hal itu setelah mengaku tergetar mendengar pidato Rektor Unissula dalam Sahur Bersama Anas Urbaningrum di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah, Rabu (12/4/2023).

“Karena saya sudah agak lama di ‘pesantren kehidupan’ yang keren, padahal namanya saja Lapas Sukamiskin,” ucapnya dengan disambut tawa seisi ruangan.

“Biar keren ya pesantren kehidupan, ya dikasih jubah dikitlah,” sambungnya.

Setelah menyelingi candaan tersebut, ia langsung melanjutkan paparan pentingnya tradisi aktivis dan intelektual kalangan mahasiswa.

“Tapi inti dari tradisi itu (aktivis dan intelektual) adalah semangat untuk berfikir bebas, semangat untuk mendayagunakan anugerah akal budi yang bisa mengelola untuk pengertian-pengertian tentang keadaan-keadaan yang kita hadapi,” ungkapnya.

Ia tekankan, kemampuan dalam memahami merupakan bekal untuk menjadi kader yang berguna bagi bangsa.

“Dan dengan pengertian tentang keadaan itu kemudian bisa tampil kontributif bagi bangsa ini,” ucapnya.

“Komitmen keindonesiaan itu hanya yang bisa digerakkan oleh aktivis-aktivis, terutama aktivis himpuan dan aktivis apapun latar belakangnya, aktivis Cipayung plus,” lanjutnya.

Ia meyakinkan para kader dan alumni HMI untuk yakin dengan kapasitas dan kapasitas diri dalam berjuang menyelesaikan persoalan kebangsaan yang ada.

“Karena dengan kapasitas dengan kecakapan intelektual itu kita punya semacam peralatan berfikir peralatan intelektual untuk menyelesaikan masalah-masalah yang hadir menyertai dinamika kehidupan nasional kita, termasuk kehidupan daerah-daerah, di wilayah-wilayah,” kata Anas Urbaningrum.

Sejalan dengan hal itu, ia pun berpesan untuk fokus dalam mengikuti kaderisasi, tidak terlena untuk menghabiskan waktu belajar untuk berpacaran. Ia jabarkan tatanan untuk menjadi mahasiswa yang berkualitas dengan membagun 3 tradisi.

Pertama, ia minta untuk menguatkan tradisi baca. Lebih memilih buku atau pacaran merupakan pilihan. Selanjutnya, Anas menyebut tradisi menulis artikel.

“Tradisi tulis yang bagus itu lahir dari tradisi baca yang bagus. Kalau bacaan kita cukup maka tulisan kita juga bagus,” ujarnya.

“Kalau tradisi baca kita bagus, tradisi tulis kita bagus, maka tradisi debat kita juga bagus,” sambungnya.

Menurutnya, BCD (baca, tulis, debat) di kalangan aktivis merupakan tradisi untuk membangun intelektual mahasiswa.

“Kalau dasarnya adalah baca tulis maka debatnya juga debat yang bermutu, berkualitas. Kalau tradisi baca tulisnya kurang, maka debatnya pasti ya debat kusir,” ingatnya.

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat