KENDAL, Lingkar.co – Sate Pak Dul Tjepiring merupakan warung sate berkonsep museum mini. Bagaimana tidak, di warung ini pelanggan bisa menikmati suasana tempo dulu dan belajar sejarah Kota Cepiring melalui berbagai benda antik dan foto-foto kuno.
Warung yang terletak di Jalar Sri Agung ini, terdapat banyak koleksi foto kuno tentang Tjepiring. Jadi, pembeli bisa menikmati kelezatan sate kambing sekaligus mengenal sejarah Kendal zaman kolonial Belanda dan Jepang.
Di Warung Sate Pak Dul Tjepiring ini, juga terdapat tempat minum atau botol yang berusia lebih dari 300 tahun. Botol-botol itu tersimpan rapi di warung makan ini. Sekilas tidak ada yang beda dari Warung Sate Pak Dul Tjepiring ini. Menu yang ada juga hanya sate kambing, sate sapi dan gule. Namun, yang berbeda dengan warung lainnya adalah konsep dan suasananya.
Segera! Masuk Pasar Tradisional dan Warung Pakai PeduliLindungi
Jika kita masuk ke dalam warung yang sudah berdiri sejak tahun 1946 ini, foto-foto kuno terpajang rapi hampir di setiap sudut warung. Tidak hanya itu, benda-benda antik juga pemilik warung pajang untuk menambah kesan unik dan menarik.
Warung dengan konsep museum mini ini, mulai dikembangkan generasi ketiga warung Pak Dul Cepiring. Koleksi foto-foto kuno milik Ario Widiyanto, sang pemilik warung, sengaja mereka pajang untuk mengenalkan sejarah Kota Cepiring pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang.
Menurut Ario Widiyanto, selaku pemilik warung mengatakan, ide mengubah warung sate milik orang tuanya menjadi konsep museum mini ini untuk memberikan wawasan sejarah kepada anak-anak zaman sekarang. Foto-foto kuno waktu zaman kejayaan pabrik gula Cepiring banyak terpasang di sini.
Sangat Unik
Tidak hanya itu, menurutnya, Cepiring merupakan pertemuan tiga bangsa yakni Indonesia, Belanda dan Jepang. “Tidak hanya foto-foto kuno yang menggambarkan Cepiring masa dulu, di sini ada botol kuno yang usianya lebih dari 300 tahun,” tutur Aryo.
Botol peninggalan Belanda tahun 1714 ini merupakan koleksi pribadinya. Termasuk foto-foto zaman kuno serta surat kabar zaman kemerdekaan. Ario menambahkan, pengunjung warungnya menikmati suasana tempo dulu dan sekaligus menjadikannya wahana belajar sejarah.
Imbau Pedagang Tutup Warung saat Pelaksanaan Grobogan 1 Hari di Rumah Saja
“Konsepnya memang menjadi museum mini, meski hanya berupa foto masa lalu Cepiring. Tetapi ini merupakan gambaran asli Cepiring sebelumnya,” lanjutnya.
Sementara itu, bagi pengunjung warung, menikmati makan di sini serasa berada di zaman penjajahan Belanda. Edy Prayitno salah seorang pelanggan mengaku warung ini menarik karena bisa belajar sejarah.
“Konsep museum mini lengkap dengan foto zaman dulu Kota Cepiring, sehingga menambah kenikmatan tersendiri saat menyantap menu sate kambing,” ujar Edy. Tidak hanya itu, benda-benda antik yang terpajang di warung juga bisa menjadi spot berfoto. “Jadi sambil menunggu makanan siap bisa melihat-lihat koleksi foto kuno dan benda-benda antik,” lanjut Edy senang. (Lingkar Network | Unggul Priambodo – Lingkar.co)
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps