Lingkar.co – Sekelompok anak muda mendirikan pasar gratis di depan Kampus 4 UPGRIS di Jalan Gajah Raya Gayamsari, Semarang.
Aksi ini sebagai bentuk satire terhadap kebijakan pemerintah terkait bantuan sosial yang dianggap belum tepat sasaran.
Salah satu pegiat pasar gratis di Kota Semarang, Serly Lutfi, mengatakan berdirinya pasar gratis ini berangkat dari aksi protes terhadap kebijakan pemerintah terkait bantuan sosial yang dinilai belum tepat sasaran.
Ia bersama rekan-rekannya menyatakan gerakan pasar gratis terkait satire kebijakan pemerintah atas bantuan sosial ini berawal dari pasar gratis di Bandung.
Dari situ, mereka bersepakat bahwa aksinya itu disebut-sebut bukan sebagai ajang amal, melainkan bentuk protes ketimpangan sosial hingga ketidakadilan yang terjadi di Indonesia.
“Term ini berawal dari kawan-kawan Pasar Gratis Bandung. Kami sepakat dengan term Not For Charity This Is Protest,” kata Serly Lutfi, Jumat 7 Maret 2023.
Serly mengatakan pihaknya melakukan protes terhadap ketimpangan sosial dan ketidakadilan.

Menurutnya, fenomena ini terjadi lantaran adanya ketidakpedulian yang marak terhadap sesama dan lain sebagainnya.
Barang-barang gratis yang ditawarkan Sherly dan teman-temannya, antara lain pakaian layak pakai, sayuran, makanan, minuman untuk buka puasa bersama dengan warga.
Serly juga menjelaskan konsep pasar gratis tersebut adalah konsep gotong royong (mutual aid).
Dijelaskannya, pasar gratis merupakan gerakan satire untuk mengkritik bantuan sosial yang diberikan pemerintah yang dianggap tidak tepat sasaran.
“Kami melakukan apa yang dapat kami lakukan tanpa ada campur tangan negara. Kami hadir untuk melawan dengan cara kami sendiri,” terangnya.
Pihaknya membentuk sebuah wadah untuk menciptakan ruang pertemuan antara rakyat dengan rakyat saling bantu membantu, bersolidaritas satu sama lain.
Meski sederhana, kata Sherly, pasar gratis dipercaya mampu menghentikan budaya konsumersime.
“Setidaknya bisa menghentikan perilaku konsumersime, karena di balik pakaian yang trendy masih ada buruh yang dieksploitasi perusahaan,” ujarnya.
Bahkan, kata dia, titik terburuknya ialah buruh yang tidak diberikan upah yang layak oleh perusahaan.
Menurut Serly, gerakan pasar gratis ini sudah meluas ke kota-kota, sembari berharap gerakan ini tetap terus ada.
“Semoga pasar gratis semoga tetap terus ada, dan menjamur di mana-mana,” imbuhnya.***
Penulis : Mickel Wibowo
Editor : Mickel Wibowo