Satu Tahun Pandemi, 71 Persen Siswa Alami Kendala Pembelajaran Daring

ILUSTRASI – Seorang Guru SMP N 2 Kudus tengah melakukan pembelajaran daring. (NISA SYARIFA/ LINGKAR JATENG)
ILUSTRASI – Seorang Guru SMP N 2 Kudus tengah melakukan pembelajaran daring. (NISA SYARIFA/ LINGKAR JATENG)

PATI, Lingkar.co – Sebanyak 71 persen siswa mengalami kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring selama era pandemi Covid-19. Itu berdasarkan hasil survei Belajar Dari Rumah (BDR) di Masa Pandemi COVID-19 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud Republik Indonesia 2021. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Sekdin Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pati Sariyono. Menurutnya, efek pembelajaran daring sudah sangat terasa. Apalagi pembelajaran ini sudah setahun berlalu. Hal itu pun sesuai dengan survei yang dilakukan Kemendikbud. 

”Hasilnya, dari 71 persen itu, terbanyak siswa sulit untuk berkonsentrasi. Selain itu, di urutan nomor dua keterbatasan jaringan internet,” katanya saat dihubungi.

Whats-App-Image-2024-09-19-at-14-21-32

Dengan adanya hasil survei itu tentu harus ada perbaikan dalam metode pembelajaran. Supaya persentase itu dapat terminimalisasi. 

”Pemkab Pati melalui Disdikbud terus melukan sejumlah upaya. Antara lain, vitkom membahas simulasi tatap muka, perubahan metode pembelajaran, dan masih banyak lagi,” imbuhnya.

Terpisah, Ketua Forum Anak Kabupaten Pati Hasna Jihan Khairunnisa mengakui ada keluhan dari beberapa siswa pada metode daring ini. Para siswa mulai bosan karena kebanyakan teori, dan tugas. ”Kami sudah menampung keluhan itu. Sudah ada koordinasi dengan pihak Disdikbud melalui vitkom,” ujarnya.

Png-20230831-120408-0000

Pembelajaran daring ini, lanjutnya, sebelumnya full time. Siswa dipaksakan dengan menatap Hp untuk melihat pembelajaran. Namun, kini sudah tidak seperti itu lagi. Mungkin hasil vitkom dari pihak Disdikbud dan Pemkab belum lama ini. 

”Sudah ada jedanya sekarang. Jadi, ada waktu istirahatnya. Kalau dulu kan tidak ada,” tuturnya.

Menurutnya, memang daring ini tidak efektif. Di satu sisi siswa menjadi merasa bosan dan tidak fokus. Di sisi lain harus mencegah penyebaran Covid-19. 

”Adanya pandemi ini semua pihak dibenturkan dengan problem pencegahan ini. Jadinya, semua pihak merasa bingung untuk melakukan tindakan yang dirasa baik,” ungkapnya.(lam/lut)

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *