Lingkar.co — Indonesia terus melangkah menuju kemandirian bioteknologi. Sinergi antara Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menjadi tonggak baru dalam penguatan ekosistem riset dan layanan terapi regeneratif berbasis stem sel di Tanah Air.
Kolaborasi ini bukan sekadar kerja sama ilmiah, tetapi juga implementasi langsung dari Asta Cita ke-4 dan ke-5 Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan penguatan sumber daya manusia unggul di bidang sains dan teknologi, serta percepatan hilirisasi riset menuju industri nasional.
“Stem Cell is Not Drug”
Pendiri sekaligus pemilik PT SCCR Indonesia Agung Putra menegaskan bahwa terapi stem sel bukan obat kimia, melainkan agen biologis yang mampu berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
“Stem cell is not drug. Ia adalah agen biologis yang bisa berubah menjadi sel-sel tertentu — misalnya neuron otak untuk pasien stroke, atau sel ginjal untuk penderita gagal ginjal,” ujar Agung saat Frontiers of Regenerative Medicine Symposium: Cell Therapy in Oncology, Cardiovascular Medicine, Neurology, Urology, Orthopedic and Aesthetic, di Semarang, Rabu (12/11/2025).
Menurutnya, keunggulan terapi ini tidak hanya dalam kemampuan regeneratif, tetapi juga sebagai imunoregulator yang menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh pada pasien autoimun, seperti lupus atau autisme.
“Stem sel meregulasi sistem imun. Jadi bukan hanya memperbaiki kerusakan, tapi juga menyeimbangkan tubuh secara biologis,” tambahnya.
Agung menyebut SCCR telah membangun ekosistem terintegrasi yang mencakup riset, pendidikan, hingga layanan kesehatan. Salah satu langkah strategisnya adalah pendirian Agung Putra University, dengan fokus pada bioteknologi dan biomedis, guna mencetak SDM unggul di bidang stem sel.
“Kami ingin berhenti menjadi konsumen. Semua dilakukan di dalam negeri, oleh anak bangsa sendiri. Sudah saatnya Indonesia menjadi tuan di negeri sendiri,” ujarnya penuh keyakinan.
RSCM Sebagai Pengampu Nasional
Sementara itu, Direktur Utama RSCM Jakarta, dr. Supriyanto Dharmoredjo, menjelaskan bahwa RSCM ditetapkan Kementerian Kesehatan sebagai pengampu nasional terapi stem sel, sebagaimana diatur dalam Permenkes Nomor 32 Tahun 2018.
“Kalau rumah sakitnya banyak, pengampunya satu, RSCM. Kami memastikan standar pelayanan, produksi, dan terapi agar aman serta berkualitas,” tegasnya.
Supriyanto mengingatkan masyarakat agar berhati-hati terhadap layanan stem sel ilegal. Hingga kini, sekitar 50 rumah sakit di Indonesia, termasuk fasilitas TNI, sudah diampu RSCM.
“Tidak ada layanan stem sel di mal. Pastikan rumah sakitnya diampu RSCM dan memiliki MoU resmi,” ujarnya mengingatkan.
Standar Nasional dan Perlindungan Pasien
Ketua Komite Sel Punca Indonesia, Prof. Amin Soebandrio, menuturkan bahwa SCCR dan RSCM termasuk dua dari lima laboratorium tersertifikasi Kemenkes dan BPOM di Indonesia.
“Sinergi keduanya diharapkan mempercepat pemanfaatan stem sel untuk berbagai indikasi medis, dengan produk yang benar, aman, dan berkualitas,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa pelayanan stem sel hanya boleh dilakukan oleh fasilitas kesehatan berizin dan diampu secara resmi oleh RSCM, dengan produk berasal dari laboratorium tersertifikasi.
“Kami terus melakukan pembinaan terhadap layanan yang belum berizin agar masyarakat tidak dirugikan,” ujar Amin.
Dukungan dan Harapan Hilirisasi
Dukungan terhadap kolaborasi ini juga datang dari Kepala RSPAU dr. S. Hardjolukito, Marsma TNI Margono Gatot, yang menyebut kerja sama SCCR–RSCM menjadi jaminan mutu dan keamanan terapi di rumah sakit militer.
“Kami tidak salah pilih. Pelayanan stem sel kami diampu RSCM dan menggunakan produk bersertifikat BPOM,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Cancer SCCR Indonesia, Sugeng Ibrahim, menilai kolaborasi ini krusial untuk mempercepat hilirisasi riset stem sel agar hasilnya bisa dirasakan masyarakat luas.
“Riset kolaborasi ini penting agar hasil penelitian klinik bisa cepat diterapkan. Dulu teknologi mahal, tapi dengan riset bersama, lama-lama akan terjangkau,” jelasnya.
Salah satu produk yang kini tengah diajukan izin edarnya ke BPOM adalah gel penyembuh luka berbasis stem sel, dikembangkan oleh Prof. Iswinarno dengan harga di bawah Rp100 ribu per unit.
“Cita-citanya agar teknologi ini bisa dijangkau sebanyak mungkin masyarakat Indonesia,” ujar Sugeng.
Langkah Strategis menuju Kemandirian Bioteknologi
Kolaborasi SCCR dan RSCM mencerminkan perubahan paradigma riset kesehatan nasional dari konsumsi teknologi asing menuju produksi dalam negeri. Dengan pendekatan ilmiah, sertifikasi yang ketat, dan dukungan lintas sektor, Indonesia kini bergerak dari importer of knowledge menjadi creator of innovation.
Di tengah harapan besar untuk memperluas akses terapi regeneratif, kolaborasi ini menjadi simbol bahwa kemajuan sains bukan hanya soal laboratorium, tetapi juga tentang keberanian bangsa untuk menulis sejarahnya sendiri dalam dunia kedokteran modern. ***








