Lingkar.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kendal terus berupaya menekan angka stunting, salah satunya, menjadikan 23 desa sebagai lokasi fokus (Lokus) audit kasus stunting.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP2PA) Kabupaten Kendal, Albertus Hendri Setiawan mengatakan, ada 23 desa dari 11 kecamatan di Kabupaten Kendal yang menjadi Fokus audit kasus stunting.
Karena itu, dia meminta kepala perangkat daerah berfokus menangani stunting dengan mengerahkan program kerja, yakni melalui inovasi program penurunan stunting.
“Saya harap camat di masing-masing wilayah mengerahkan inovasinya untuk penurunan stunting. Supaya target kita tercapai untuk zero stunting,” ujarnya dalam Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) Kabupaten Kendal di Ruang Abdi Praja, Rabu (7/4/2023).
Wakil Bupati Kendal Windu Suko Basuki mengatakan, stunting menjadi pembahasan pokok yang harus mendapat perhatian lebih.

Apalagi dari hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Kendal mencapai 17,5 persen. Padahal tahun 2024, prevalensi stunting harus turun menjadi 14 persen.
“Maka tahun ini fokus kita tidak hanya sosialisasi dan rapat koordinasi saja. Melainkan ada aksi nyata melalui intervensi,” tegasnya.
Basuki melanjutkan, intervensi yang dimaksud berupa intervensi sensitif yang secara tidak langsung berhubungan dengan persoalan kesehatan.
Seperti air minum dan sanitasi bersih, pelayanan gizi, serta edukasi perubahan perilaku.
Selanjutnya, intervensi spesifik yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan, serta intervensi pendukung seperti terintegrasinya data kependudukan, penguatan posyandu, dan surveilans gizi.
“Satu lagi ada intervensi integratif. Itu pencegahan dan penanggulangan permasalahan gizi khususnya Stunting dengan melibatkan berbagai sektor terkait. Jadi disengkuyung bareng,” jelasnya.
Basuki menekankan, untuk kasus yang dapat diselesaikan di tingkat kelurahan dan kecamatan, supaya dapat diintervensi menggunakan sumber daya yang tersedia.
Seperti dana desa untuk stunting, CSR, gotong royong melalui Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting.
Pihaknya juga akan melakukan monitoring dan evaluasi menyeluruh, terkait pelaksanaan serta progres penurunan stunting di masing-masing wilayah selama tiga bulan ke depan.
“Saya juga tidak diam saja. Progresnya saya monitoring terus. Biar prevalensi stunting sesuai target juga,” tandasnya.
Penulis : Wahyudi
Editor : Kharen Puja Risma