Sedekah Bumi di Kampung Padangsari, Sebuah Upaya Melestarikan Warisan Budaya

Pagelaran wayang di acara Tasyakuran Sedekah Bumi Kampung Padangsari tahun 2025. (dok Alan Henry)
Pagelaran wayang di acara Tasyakuran Sedekah Bumi Kampung Padangsari tahun 2025. (dok Alan Henry)

Lingkar.co – Turut melestarikan tradisi budaya dan nilai luhur warisan nenek moyang, warga Kampung Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang gelar tasyakuran dalam rangka Sedekah Bumi tahun 2025.

Ketua Panitia Tasyakuran Sedekah Bumi Kampung Padangsari 2025, Supriyono menyampaikan, terdapat berbagai macam rangkaian kegiatan, diantaranya ziarah kubur, santunan, pengajian dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit spektakuler.

Diawali pada Jumat (2/4/2025), Sedekah Bumi Kampung Padangsari 2025 di awali dengan kegiatan ziarah makam Padangsari yang terletak di belakang SMK 11 Grafika Semarang dan dilanjutkan dengan santunan kepada anak – anak kurang mampu, di ahir acara ditutup dengan pengajian akbar yang di isi oleh Bapak KH Muhammad Miftah dari Tengaran, Kabupaten Semarang.

Lanjutnya, pada Sabtu (3/5/2025) pagi, kegiatan diawali dengan menampilakan karawitan dari Tri Manugal Laras, warga Kampung Padangsari, dilanjutkan dengan penampilan Sanggar Joglo Cemara juga pentas wayang dari Tiga Dalang Cilik.

“Pada puncak acara, terdapat pentas wayang kulit spektakuler, dengan dalang KH Joko Sunarno dari Karang Gede, Boyolali, beserta putranya, Ki Anggoro Dwi Sadono, dengan mengambil lakon Amartho Binangun dengan tujuan atau ancas, karena kami bercita – cita ingin punya suatu tempat yang representatif, yang saat ini sedang proses,” beber Supriyono.

Supriyo menyampaikan, warga Padangsari dan sekitarnya cukup antusias mengikuti sejumlah rangkaian kegiatan tersebut, sehingga acara berjalan lancar dan sukses.

“Antusias warga terhadap kegiatan ini sangat mendukung sekali, utamanya warga Padangsari dan sekitarnya, yang meliputi dari 11 RT, dan semua sangat mendukung sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan sukses,” ungkapnya.

Sementara itu, menanggapi era globalisasi, pihaknya turut menggandeng generasi muda untuk berkolaborasi dan tukar pendapat dalam mempertahankan tradisi budaya ini.

“Menghadapi era globalisasi, kita selaku pegiat budaya harus menyikapi, untuk itu kami setiap tahunnya menggandeng anak muda untuk turut berkontribusi, agar nanti kedepannya budaya punya imajinasi tanpa meninggalkan rohnya tentang Sedekah Bumi yang ada di Kampung Padangsari,” ucapnya.

Kedepan, ia berharap ada regenerasi dalam melestarikan budaya dan mencintai kebudayaan itu sendiri.

“Kami berharap generasi penerus ini harus bisa mencintai budaya sendiri dan mari bersama sama yang memiliki imajinasi atau inisiatif untuk mengembangkan kebudayaan yang ada di Kampung Padangsari,” imbuhnya. ***