Site icon Lingkar.co

Taati Aturan PPKM, Pabrik Rokok di Kudus Batasi Jumlah Pekerja

Buruh rokok di pabrik Nojorono saat sedang membuat Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan protokol kesehatan ketat. Selasa (12/1). (NISA HAFIZHOTUS SYARIFA/LINGKAR.CO)

Buruh rokok di pabrik Nojorono saat sedang membuat Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan protokol kesehatan ketat. Selasa (12/1). (NISA HAFIZHOTUS SYARIFA/LINGKAR.CO)

KUDUS, Lingkar.co – Salah satu pabrik rokok di Kabupaten Kudus, Nojorono, telah membatasi jumlah pekerja yang bekerja di pabrik, selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Pelaksana tugas (Plt) Bupati Kabupaten Kudus HM Hartopo mengatakan, telah memberikan surat edaran ke seluruh perusahaan, untuk melakukan ‎pembatasan aktivitas dengan menerapkan Work From Home (WFH) sebanyak 75 persen dari jumlah pegawai. Pembatasan ini dilakukan mulai tanggal 11 sampai 25 Januari 2021.

“Belum ada laporan yang melanggar, sudah melaksanakan semua. WFH sebanyak 75 persen, itu berarti 25 persen yang bekerja” kata dia saat berkunjung ke Brak Rokok Nojorono, Jalan Wahid Hasyim, Kabupaten Kudus, Selasa (12/1).

Hartopo menjelaskan, Nojorono sudah mematuhi protokol kesehatan dengan memberikan sekat berbahan plastik pada tempat kerja. Setiap buruh rokok juga sudah menggunakan masker selama bekerja.

“Di sini kapasitasnya 300 orang tetapi sekarang yang bekerja disini hanya 75 orang” jelasnya.

‎Rencananya Hartopo juga akan melanjutkan kunjungan ke perusahaan lainnya, yakni ke perusahaan Sukun, Pura Group, dan Djarum.

“Kita selalu ingatkan jangan sampai ada yang tidak mengikutinya. Artinya semua harus mengikuti instruksi Mendagri” ucapnya.

Sementara itu, Secondary Manufacturing Manager Nojorono Kudus‎, Dedy Ariyanto‎ menjelaskan, bahwa perusahaan telah menerapkan protokol kesehatan secara ketat di lingkungan brak selama PPKM ini.

“Dari lima brak, tiga di antaranya sudah menggunakan sekat. Tapi dua lainnya belum” ujar dia.

Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan pembatasan ‎jumlah pekerja, selama PPKM di terapkan. Namun hal itu ikut memberi dampak pada menurunnya produktivitas yakni mencapai 30 persen.

“‎Khusus untuk merek Minak Djinggo yang biasanya memproduksi 9.000 bal per minggu. Sekarang jadi turun 30 persen” ucap dia.

Padahal, penikmat rokok di tengah pandemi saat ini lebih banyak mencari sigaret kretek tangan (SKT) yang harganya lebih murah.

“Setelah P‎PKM ini selesai nanti kami akan memenuhi kebutuhan produksi yang berkurang” tandasnya. (isa/aji)

Baca Juga:
Vaksinasi Merdeka Hari Kedua Sasar Petani, Milenial dan Pegawai SPBU

Exit mobile version