Lingkar.co – Ikatan Alumni (IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memiliki peran strategis dalam membangun bangsa dan negara, terutama dalam konteks kemajuan Indonesia. Sebagai organisasi yang lahir dari rahim pergerakan mahasiswa, IKA PMII tidak hanya menjadi wadah silaturahmi para alumni, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Dalam perhelatan Musyawarah Nasional (Munas) yang digelar pada 21-23 Februari di Jakarta, terdapat beberapa harapan dan langkah strategis yang perlu diambil oleh IKA PMII untuk menjawab tantangan bangsa ke depan.
Pertama, IKA PMII harus mampu menjadi garda terdepan dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan keislaman yang moderat.
Indonesia adalah negara yang majemuk, dengan beragam suku, agama, dan budaya. Dalam konteks ini, IKA PMII perlu terus mengampanyekan Islam yang ramah, toleran, dan inklusif, sekaligus memperkuat semangat nasionalisme.
Hal ini penting untuk mencegah radikalisme dan intoleransi yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. IKA PMII dapat menjadi role model dalam mempraktikkan nilai-nilai Islam yang berorientasi pada kemanusiaan, keadilan, dan kemaslahatan umum.
Kedua, IKA PMII perlu mengambil peran aktif dalam membangun kesadaran kritis masyarakat, terutama generasi muda.
Sebagai organisasi yang lahir dari tradisi intelektual, IKAPMII memiliki tanggung jawab untuk mendorong pendidikan yang berkualitas dan merata. Pendidikan tidak hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan kemampuan berpikir kritis.
IKA PMII dapat memelopori program-program pemberdayaan pendidikan di daerah-daerah tertinggal, serta mendorong kebijakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan.
Selain itu, IKA PMII juga perlu menggalakkan literasi digital untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi era revolusi industri 4.0.
Ketiga, IKA PMII harus menjadi motor penggerak dalam memperkuat ekonomi kerakyatan dan keumatan. Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, namun masih banyak tantangan seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, dan pengangguran.
IKA PMII dapat memainkan peran penting dalam mendorong ekonomi kreatif, kewirausahaan sosial, dan pemberdayaan UMKM. Dengan memanfaatkan jaringan alumni yang luas, IKAPMII dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan dan berbasis keumatan.
Selain itu, IKA PMII juga perlu mendorong kebijakan ekonomi yang pro-rakyat dan berkeadilan, serta mengawal implementasinya agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
Keempat, IKA PMII perlu memperkuat perannya dalam penguatan demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai bagian dari civil society, IKA PMII memiliki tanggung jawab untuk mengawal proses demokratisasi dan memastikan bahwa pemerintahan berjalan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif.
IKA PMII dapat menjadi mitra kritis pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik yang berpihak pada rakyat, serta mengawasi implementasinya agar tidak terjadi penyimpangan. Selain itu, IKA PMII juga perlu mendorong partisipasi politik warga, terutama generasi muda, untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan bangsa.
Kelima, IKA PMII harus mampu menjawab tantangan global, seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan keamanan energi. Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam memiliki potensi besar, namun juga rentan terhadap dampak perubahan iklim.
IKA PMII dapat mengambil peran dalam mengampanyekan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang ramah lingkungan, serta mendorong kebijakan yang mendukung ketahanan pangan dan energi. Selain itu, IKA PMII juga perlu memperkuat kerja sama internasional untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Dalam konteks keumatan, IKA PMII juga perlu memperkuat solidaritas dan kerja sama dengan organisasi-organisasi Islam lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Solidaritas ini penting untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam, terutama dalam menghadapi isu-isu global seperti Islamofobia dan ketidakadilan global. Namun, solidaritas ini harus dibangun dengan tetap menjaga prinsip kebangsaan dan keindonesiaan.
Secara keseluruhan, Munas IKA PMII pada 21-23 Februari di Jakarta menjadi momentum penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam menjawab tantangan bangsa dan negara.
Dengan memegang teguh nilai-nilai keislaman dan kebangsaan, serta berkomitmen pada pembangunan yang inklusif dan berkeadilan, IKAPMII dapat menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan beradab.
Harapannya, IKA PMII tidak hanya menjadi organisasi alumni, tetapi juga menjadi agen perubahan yang berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan negara. (*)
Penulis: Nur Syamsudin
Penulis adalah pengamat politik di C-Polsis juga dosen UIN Walisongo Semarang