Lingkar.co – Warga Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal selama 30 tahun lebih menggunakan perahu untuk menyeberangi Kali Kutho. Keinginan memiliki jembatan akan terwujud pada Januari 2024 nanti, meski berupa jembatan gantung.
Bupati Kendal, Dico Mahtado Ganinduto saat peletakan batu pertama mengatakan, jembatan gantung diharapkan bisa memperlancar akses perekonomian warga desa Gempolsewu dan Sikucing yang lokasinya terpisahkan kali Kutho.
Dalam kesempatan itu, dirinya teringat saat menjadi pembina upacara pada Hari Kemerdekaan RI tahun 2021 di desa Gempolsewu, dimana pada saat itu banyak aspirasi dari masyarakat terkait sulitnya akses untuk menyeberang sungai.
Menurutnya, aspirasi masyarakat kala itu sudah menjadi perhatian dari Pemkab Kendal, sehingga mencarikan solusi bagaimana bersama-sama dan berkolaborasi untuk bisa mewujudkan jembatan gantung yang diharapkan masyarakat.
“Harapannya dengan adanya jembatan gantung ini bisa mempermudah akses warga. Namun, jembatan ini tidak boleh dilalui mobil, kecuali darurat, mobil ambulan. (Jembatan) hanya untuk kendaraan roda dua dan pejalan kali,” pesannya, Minggu (8/10/23).
Pada kesempatan tersebut bupati tidak lupa mengucap syukur. Karena groundbreaking sebagai tanda pembangunan jembatan gantung dimulai. Ia berharap pembangunan jembatan berjalan dengan lancar, dan selesai tepat waktu.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (Kasatker PJN) wilayah III Jateng-DIY, Yanuar Dwi Putra menjelaskan, pembangunan jembatan gantung di atas sungai Kali Kutho sepanjang 80 meter dengan lebar 4 meter.
“Untuk panjang jembatan ada 80 meter, sedangkan lebar 4 meter. Nantinya hanya diperuntukkan roda dua dan pejalan kaki, kalau untuk mobil tidak bisa, kecuali darurat,” ujarnya.
Dirinya mengakui, tidak banyak waktu untuk menyelesaikan pembangunan jembatan gantung. Dirinya menyebut hanya 90 hari kerja.
“Karena ditarget harus rampung pada 31 Desember 2023. Kemudian untuk anggaran pembangunan jembatan gantung tersebut murni dari APBN, sebesar Rp3,9 miliar,” bebernya.
Sementara, Kepala Desa Gempolsewu, Charmadi mengungkapkan, warga telah lama menantikan jembatan kali kutho.
“Sebab selama ini, warga kalau mau ke kantor desa maupun kecamatan harus menyeberang sungai menggunakan perahu getek. Sedangkan untuk roda tiga lebih, harus memutar sekitar sepuluh kilometer untuk menuju kantor desa, pasar, TPI maupun ke kecamatan Rowosari,” ungkapnya.
Ia menerangkan, warga yang tinggal di wilayah bagian barat kali kutho selama ini merasakan betapa sulitnya akses jalan. Mulai dari anak sekolah, warga yang mencari nafkah, dan termasuk dirinya dalam melaksanaan tugas kantor.
“Ini (jembatan) penghubung satu desa, yakni Desa Gempolsewu. Kalau berputar melalui Gringsing sekitar 10 km, namun dengan adanya jembatan ini, akan mempermudah akses warga,” jelasnya.
Carmadi menambahkan, kondisi warga semakin kesulitan ketika musim hujan, terlebih saat terjadi banjir.
“Ketika musim hujan dan banjir, seperti tahun 1991. Kita tidak bisa apa-apa. Bahkan perahu-perahu nelayan sampai masuk ke halaman-halaman rumah saat terjadi banjir. Kemarin juga bulan Februari 2021, masyarakat kami juga terisolir sampai empat hari empat malam, dan menjadi sejarah banjir terlama yang terjadi di sungai kali Kutho sejak kami tinggal di desa Gempolsewu,” kenangnya. (*)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps