Lingkar.co – Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Abdul Ghofar Rozin, menegaskan komitmen kuat Nahdlatul Ulama dalam menolak kebijakan sekolah lima hari.
Sebab, menurutnya, kebijakan tersebut berpotensi mengancam keberlangsungan madrasah diniyah (madin). Padahal, kata dia, Madin selama ini menjadi bagian penting dalam pembinaan akhlak dan penguatan dasar keilmuan santri.
Gus Rozin menyerukan kepada seluruh pengurus NU di tingkat cabang untuk aktif melakukan advokasi dan audiensi di daerah masing-masing.
“Kita juga melakukan audiensi dalam penolakan sekolah lima hari di setiap kabupaten/kota, karena dampaknya sangat besar terhadap eksistensi madrasah diniyah,” tegasnya dalam pembukaan Pekan Madaris Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah yang digelar di Pondok Pesantren Walisongo Pecangaan, Jepara, Sabtu (11/10/2025),
Ia meyakini bahwa pesantren dan madrasah diniyah adalah benteng utama dalam menjaga generasi bangsa dari krisis moral dan perubahan zaman yang kian kompleks.
“Pesantren dan madin harus kita jaga sebagai benteng akhlakul karimah di tengah badai yang melanda umat, baik di lembaga pendidikan maupun di lingkungan sosial,” sambungnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Rozin juga memberikan apresiasi kepada kafilah Jawa Tengah yang berhasil meraih juara umum dalam Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) 2025 di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
“Saya ucapkan selamat kepada kafilah Jawa Tengah yang sudah mencatatkan hattrick di MQKN 2025. Semoga Pekan Madaris ini menjadi ajang lahirnya bibit-bibit unggul untuk MQK selanjutnya,” ungkapnya. (*)