Tidak Melarang Study Tour, Ini Saran Dinas Pendidikan Kota Semarang

Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Dr. Bambang Pramusinto, SH,S.IP,M.Si saat wawancara media seusai peluncuran PPDB Kota Semarang 2024 di SMPN 5 Semarang, Kamis (6/6/2024) pagi. Foto: Rifqi Hidayat/Lingkar.co

Lingkar.co – Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Dr. Bambang Pramusinto, SH,S.IP,M.Si mengatakan, pihaknya tidak melarang kegiatan study tour bagi sekolah yang ada di kota Semarang. Kendati demikian, ia memberikan saran agar pelaksanaan kegiatan itu dikaji terlebih dahulu nilai atau unsur belajarnya.

“Dikaji dululah. Kalau mau study tour, apakah nilai studinya itu kuat?,” kata Bambang menjawab pertanyaan wartawan seusai mengikuti peluncuran PPDB Kota Semarang 2024 di SMPN 5 Semarang, Kamis (6/6/2024) pagi.

Ia pun mempertanyakan tujuan sebenarnya kegiatan tersebut study tour atau wisata. “Sekarang kalau misalkan di akhir masa pembelajaran, bareng-bareng 400 anak. Itu namanya study tour apa wisata?

Bambang pun mengaku khawatir jika harus pergi dengan rombongan berjumlah ratusan anak sekolah. Kendati demikian, ia menyarankan agar dilaksanakan oleh paguyuban setelah dinyatakan lulus.

“Jujur ya, kalau bawa anak sampai ratusan, saya khawatir. Tapi kalau mereka mau wisata, ya monggo diselenggarakan setelah kelulusan tapi yang ngadakan paguyuban,” ungkapnya.

Ia mengaku sependapat dengan komisi IX DPR RI yang memilah antara wisata dengan study tour. Selain itu, ramainya pengguna jasa Perusahaan Otobus (PO) melonjak sehingga susah mendapatkan armada yang sehat. “Kalau bareng-bareng musim akhir pembelajaran ini wisata, apa ya mungkin dapat armada yang sehat?,” tukasnya.

“Sekarang kalau Semarang saja ada 320 SD dan 45 SMP. Kalau bareng-bareng, apa ada PO yang mampu menampung? Ini sebenarnya kalau pake feeling aja bisa,” sambungnya.

Ia pun mengaku telah menyampaikan hal tersebut kepada sekolah agar menitikberatkan aspek pembelajaran dalam kegiatan study tour. “Saya bilang ke kepala sekolah, bapak ibu guru. Kalau mau study tour itu ya monggo. Gak harus semua. Mungkin satu kelas diajak ke Borobudur belajar tentang relief, sejarah. Itu study tour,” paparnya.

“Tapi kalau di akhir pembelajaran kan wisata. Kalau hanya sekedar jalan-jalan di pantai, itu bisa dilakukan bersama keluarga saja. Tapi kalau mau memaksakan diri ya diadakan setelah kelulusan, 10 Juni kan kelulusan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat