Tosan Aji Gelar Ritual Jamasan Pusaka di Curug Sewu, Diharap Jadi Agenda Rutin

Proses pengambilan air dalam Jamasan Pusaka di Curug Sewu Kendal. Foto: Wahyudi/lingkar.co

Lingkar.co – Paguyuban Tosan Aji Kendal menggelar ritual jamasan pusaka (penyucian pusaka keramat,-red) di Tuk Lanang Curug Sewu Kendal, Jawa Tengah, Rabu (16/8/2023). Jamasan merupakan tradisi masyarakat Jawa di Bulan Suro. Tradisi ini dilakukan oleh orang yang memiliki tosan aji (pusaka keramat,-red).

Jamasan memiliki arti memandikan, mensucikan, membersihkan, merawat dan memelihara. Jamasan pusaka merupakan wujud rasa terima kasih dan mengagungkan peninggalan karya seni, budaya warisan nenek moyang.

Sebelum disucikan dengan air dari sumber mata air yang bersih, keris dan tombak ini dibersihkan untuk menghilangkan debu yang menempel. Nampak berbagai sesaji berupa makanan tradisional disiapkan di pendopo obyek wisata Curug Sewu.

Pada tahun baru saka ini, sedikitnya 50 benda pusaka, diantaranya keris dan tombak yang dijamas (disucikan) menggunakan air dari sumber mata air (tuk) Lanang Curug Sewu, Patean Kendal.

Ritual dimulai dengan pengambilan air dari tuk Lanang. Pemilik pusaka pun berjalan kaki menyusuri bukit untuk mengambil air. Selanjutnya. Sambil mengucap doa, sesepuh paguyuban Tosan Aji mengambil air tersebut, dan membawanya ke pendopo. Satu per satu pusaka dibersihkan (disiram) dengan air yang sudah dicampur dengan aneka bunga.

Ketua Paguyuban Tosan Aji Kendal, Arif Budi Prasetyo menjelaskan kegiatan jamasan pusaka nusantara ini dilaksanakan setiap bulan Suro.

Png-20230831-120408-0000

“Kegiatan ini sebagai bentuk nguri-nguri budaya. Harapan kami pecinta tosan aji, terutama di wilayah kabupaten Kendal ini bisa semakin tergugah untuk melestarikan warisan budaya nusantara,” jelasnya.

Dia menyebut, dari 50 pusaka tersebut, ada keris pusaka yang diperkirakan berusia sekitar 600 tahun. Konon, itu pusaka dari Kerajaan Mataram pertama yang diberi nama Sabuk Inten Luk 11.

Ritual Jamasan Pusaka di Curug Sewu adalah yang pertama kali dilakukan secara terbuka. Berbeda dengan tradisi padusan yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan yang sudah menjadi agenda rutin tahunan.

Oleh karena itu, kepala pengelola Curug Sewu, Aryo Widianto menyambut baik ritual jamasan pusaka nusantara. Ia berharap kegiatan tersebut bisa menjadi agenda tahunan yang digelar di Curug Sewu. Selain melestarikan budaya, juga menjadi daya tarik wisatawan.

“Kita ingin agenda nguri-uri atau melestarikan budaya ini menjadi kalender event tahunan. Jadi kita punya dua kalender event, yaitu padusan dan jamasan pusaka,” ucapnya.

“Karena ini nguri-uri budaya Jawa yang harus kita lestarikan dan tentunya kita tetap merangkul potensi-potensi lokal,” tandasnya. (*)

Penulis: Wahyudi
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *