Ia mewanti-wanti bahwa secara strategis, gerakan politik ulama dalam Pilwalkot Semarang ini bertujuan untuk membentengi akidah umat, membuat umaro’ yang seideologi, seperjuangan dengan ulama. “Pilwalkot Semarang taruhan di pundak kita, di tangan kita para kiai,” tuturnya
Senada, Pengasuh Ponpes Al Itqoon, KH. Ahmad Haris Shodaqoh juga menyatakan bahwa umat Islam harus berjuang di politik dengan maksud hifzhud-diin (Menjaga agama). Rois Syuriah PBNU ini mengingatkan bahwa manusia harus bertanggung jawab kepada Sang Pencipta, termasuk pilihan politik.
“Jadi memilih pasangan Mas Yoyok dan Mas Joko ini termasuk menjaga agama, menjaga akidah kita, dan nantinya akan berlanjut menjaga keberlangsungan santri dan umat Islam pada umumnya di Semarang,” tuturnya.

Oleh karena itu, santri KH Maimoen Zubair ini mengingatkan agar para kiai, mubaligh, ustadz, dan santri untuk bergerak memenangkan pasangan Yoyok-Joss. “Jaga akidah masyarakat, jangan sampai tergiur oleh iming-iming keduniawian,” pesannya.
Hadir dalam kesempatan itu, pengasuh Ponpes Raudhatus Sya’idiyah KH Said Al-Masyhad, Ponpes Raudlatul Qur’an An-Nasimiyah, KH Hanief Ismail yang juga Rois Syuriah PCNU Kota Semarang, dan sebagainya.
Hadir pula para kiai pengasuh pesantren Tahfizhul Qur’an diantaranya KH Abdussalam AH, KH Muhaimin AH, KH Khamad Makshum Turmudzi AH, Gus Zainal Anwar AH, KH Abdul Fatah AH, KH Turmudzi Ichsan AH, dan sebagainya.
Juga para pembina majlis taklim rutin dan mubaligh kondang seperti KH. Abdurrokhim Al Muhsin, Choirul Amin AH, KH Ahmad Muthohar, Ust. Anang Purnomo, Habib Ja’far Shadiq Al Musawwa, Habib Husein Thoha Al Munawar, Habib Hasan Thoha Al Munawar, Habib Muhsin Al Munawar dan sebagainya. (*)
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat