Lingkar.co – Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen meminta agar Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) terus menggaungkan pesantren ramah perempuan dan anak.
Ia lantas mengungkapkan sebuah fakta dari seorang psikolog di RSUD Tugurejo Semarang yang menangani puluhan kasus kekerasan di pondok pesantren.
Salah satu putera KH. Maimoen Zubair lulusan Universitas Damascus Syiria ini pun menuturkan, Rasulullah sudah memberikan teladan, bagaimana harus mencintai seorang anak. Kasih sayang yang diberikan kepada anak itu, dari orangtua turun ke anak.
“Kami di Pemprov Jateng bersyukur pada pagi hari ini, dibantu oleh para nawal, para ning, para bu nyai, mendorong lembaga pondok pesantren untuk ikut andil ramah terhadap anak dan perempuan,” katanya.
Ia menyampaikan hal itu saat menghadiri kegiatan Naharul Ijtima’ dan Halal bi Halal bersama Pengasuh Pesantren Putri se-Jawa Tengah di Balai Sasana Widya Praja (SWP) Badan Diklat Provinsi Jateng, Banyumanik, Semarang, Senin (29/5/2023).
Wagub mengaku bersyukur dengan perkembangan RMINU sebagai lembaga yang membidangi pesantren.
Ia menilai NU bergerak cepat saat ramai permasalahan di pesantren seperti kasus perundungan anak, hingga pelecehan seksual.
Gus Yasin pun menyampaikan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memiliki sejumlah program untuk melindungi perempuan dan anak, dari kekerasan.
Beberapa program adalah Jokawin Bocah, dan jaga kanca. Bahkan, disediakan pula aplikasi sebagai sarana untuk melaporkan, apabila terjadinya kekerasan.
“Memang permasalahan perundungan, bullying, bahkan kekerasan, sampai kekerasan seksual, mohon maaf, ini belum banyak terungkap karena memang rasa ketakutannya anak-anak atau perempuan, atau mungkin bahkan santri,” kata dia.
Wagub pun mendukung kegiatan Naharul Ijtima’ yang diselenggarakan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) yang menghadirkan para Ibu Nyai se – Jawa Tengah.
Sejalan dengan hal itu, dirinya menilai, para Ibu Nyai punya peran strategis dalam menggaungkan pondok pesantren ramah anak dan perempuan, lantaran manajemen pondok pesantren rata-rata dipegang oleh Ibu Nyai.
Senada, Ketua RMI PWNU Jateng KH Nur Machin Chudlori mengingatkan, peran penting Ibu Nyai dalam menguatkan lingkungan masyarakat dan lembaga pendidikan anak usia dini di sekitar pesantren.
Menurutnya masih banyak anak yang tidak mengaji. Oleh karena itu, ia meminta keberadaan PAUD dan Raudlatul Athfal (RA) NU perlu disinergikan dengan pesantren.
Ia juga menilai, silaturrahmi antar pengasuh pesantren sangat penting. Karena itu, ia tidak menyoal gelaran tersebut menggunakan momen halal bihalal yang sejatinya telah lewat beberapa hari lalu.
“Silaturahim antar Ibu Nyai ini penting dijalin. Akan ada banyak hal yang bisa dibicarakan nanti. Apalagi nanti akan ada pembahasan tentang pesantren ramah anak,” ujarnya.
Hadir pada kesempatan tersebut, Rais Syuriyah PWNUbJateng KH Ubaidillah Shodaqoh, Ketua PWNU Jateng H Muhammad Muzammil, dan sejumlah Ibu Nyai sepuh Jawa Tengah. Kegiatan dilanjutkan dengan halaqah (seminar).
Halaqah dengan narasumber Nyai Hj. Arikhah, Nyai Umdatul Baroroh, Nyai Hj. Tutik Nurul Jannah, dan Ning. Hj. Nawal Arafah Yasin merupakan langkah untuk menindaklanjuti Silaturrahim Nasional (Silatnas) Bu Nyai Nusantara yang telah digelar tiga kali.
Pada Silatnas Ketiga telah menghasilkan 9 rekomendasi untuk mewujudkan pesantren ramah perempuan dan anak. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor : Kharen Puja Risma
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps