BLORA, Lingkar.co – Bupati Blora, Arief Rohman berjuang tak kenal lelah agar Bandara Ngloram, Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah beroperasi.
Pembangunan bandara diharapkan mendukung ekonomi dari sektor pariwisata. Namun, ternyata hal itu tidak seindah yang dibayangkan lantaran wabah Covid-19 melanda dunia ketika bandara idaman warga Blora beroperasi.
Untuk itu, Bupati Arief harus getol memperjuangkan bandara Blora beroperasi setelah pandemi mereda. Sejumlah event yang menyedot wisatawan, utamanya dari manca negara harus segera terealisasi.
Pada sisi lain, rute penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta ke Ngloram Blora yang telah dibuka harus terus diupayakan selalu ada.
Setidaknya, orang nomor satu di Blora mengupayakan untuk mengisi jadwal penerbangan seminggu dua kali dengan menggunakan maskapai penerbangan Citilink.
Salah satunya, mengadakan Coaching clinic pengelolaan dana zakat Baznas Blora ke Baznas pusat.
“Outpoutnya, ternyata bagus dan Baznas Blora mendapatkan wawasan yang luar biasa dari Baznas pusat. Ternyata wacanannya teman-teman selama ini hanya lingkup lokalanan, ketia disana mereka gembleng pelatihan dari siang sampai sore dan diberikan kursus pemberdayaan,” imbuhnya.
Bahkan, beberapa waktu lalu untuk memulai penerbangan kembali, Gus Arief sapaan akrab Arief Rohman, sengaja mengajak Komisi A DPRD Blora, perwakilan dinas, serta beberapa kepala desa untuk menimba ilmu ke Kementerian Desa di Jakarta.
“Perjalanan pertama kami mengajak beberapa kepala desa (Kades) untuk menimba ilmu di Jakarta, yakni di Kementerian Desa. Didampingi komisi terkait yakni Komisi A DPRD,” kata Gus Arief kepada Lingkar.co, Jum’at (10/2/2023).
“Dari sana ternyata hasilnya ada. Para kades jadi tahu bagaimana regulasi dan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah desa,” tuturnya.
Lebih lanjut Gus Arief menyampaikan, pemerintah pusat sudah membantu mengaktifkan kembali rute ke Bandara Ngloram. Rute Jakarta-Blora sempat terhenti karenak ada renovasi Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Untuk mendukung kepastian jadwal penerbangan, dirinya pun ingin masyarakat luas mengetahui, jika ada rute penerbangan dari Jakarta ke Blora maupun sebaliknya.
Menurutnya, hal itu nantinya akan berdampak pada perputaran roda perekonomian bagi masyarakat Blora dan sekitarnya.
“Kalau sudah dibangun tetapi setelah itu tidak ada penerbangan kan tidak baik. Jadi pada prinsipnya kita terus berupaya supaya ada penerbangan lagi,” terangnya.
Lebih lanjut ia menuturkan upaya Pemerintah Kabupaten Blora supaya pihak maskapai percaya untuk selalu terus membuka rute penerbangan tersebut.
“Kita bisa bernegosiasi dan bantuan dari teman-teman di pemerintah pusat,” bebernya.
“Logikanya, setiap maskapai penerbangan itu kan tidak akan mau rugi dengan dibukanya rute penerbangan, termasuk di Blora. Apalagi jika dibandingkan dengan rute yang lain memang Blora terbilang belum seramai yang lain juga,” lanjutnya.
Ia melanjutkan, mulanya maskapai penerbangan sempat menawarkan kepada Pemkab Blora untuk menggunakan sistem block seat.
“Jadi, Pemkab Blora wajib membeli kursi pesawat untuk keperluan perjalanan dinas dengan kuota tertentu, sehingga tingkat keterisian selalu memadai. Akan tetapi kami tolak karena sangat memberatkan keuangan Blora,” paparnya.
Kemudian pihak maskapai menawarkan sistem garansi. Akhirnya disepakatilah skema pemenuhan kuota penerbangan dalam satu bulan penuh.
“Dan ternyata jika kita menilik ke regulasi, itu diperbolehkan, ya sudah kita lakukan dengan metode tersebut,” tandasnya.
Saat ini, katanya, Pemkab blora terus berupaya supaya rute itu terus berjalan. Yakni dengan mengajak dinas dan stakeholder terkait dengan skema per tema guna mengupgrade kualitas ke beberapa kementerian.
Sejalan dengan hal itu, Gus Arief juga berkeliling ke beberapa kementerian supaya membuat acara di Blora. Maksudnya untuk memanfaatkan jalur penerbangan Jakarta – Blora.
“Ternyata beberapa kementerian dan BUMN tertarik untuk membuat event di Blora. Tentu saja kedatangan mereka memanfaatkan rute penerbangan dari Jakarta ke Blora,” urainya. (*)
Penulis: Lilik Yuliantiro
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat