Lingkar.co — Aktor Nicholas Saputra kembali membuktikan totalitas aktingnya lewat film terbaru Tukar Takdir yang mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia sejak 2 Oktober 2025. Film garapan sutradara Mouly Surya ini menggali sisi manusiawi dari tragedi kecelakaan pesawat yang mengaduk emosi penonton hingga air mata tak terbendung.
Dalam film tersebut, Nicholas memerankan Rawa, seorang penyintas sekaligus saksi kunci dalam penyelidikan jatuhnya pesawat yang menewaskan puluhan penumpang, termasuk sahabat dan orang-orang dekatnya. Melalui karakter Rawa, film ini menggambarkan tekanan batin, rasa bersalah, hingga pergulatan antara kehilangan dan penerimaan takdir.
“Risetnya banyak dari pengalaman pribadi dan cerita orang-orang terdekat. Sekitar tiga bulan saya bedah skrip dan berusaha memahami trauma seorang penyintas,” ujar Nicholas Saputra saat menghadiri pemutaran film di Cinema XXI DP Mall Semarang, Minggu (5/10/2025).
Ia mengaku, proses riset itu membantunya menafsirkan rasa duka dan kehilangan yang dialami seseorang dalam kehidupan nyata.
“Kita semua pasti pernah kehilangan. Film Tukar Takdir ingin menunjukkan bahwa berduka itu wajar, dan setiap orang punya waktunya sendiri untuk berdamai,” ucapnya.
Selain Nicholas, Marsha Timothy turut menambah kedalaman emosi film lewat perannya sebagai Anindita (Dita), istri korban yang berjuang menuntut keadilan usai suaminya meninggal karena pertukaran kursi di pesawat.
“Dita sudah memperjuangkan haknya, tapi akhirnya tetap harus menerima kenyataan. Bahwa uang bisa habis, tapi duka tidak pernah hilang,” tuturnya.
Sutradara Mouly Surya menjelaskan, Tukar Takdir bukan sekadar drama kehilangan, melainkan juga refleksi sosial atas bagaimana media dan publik memperlakukan korban tragedi.
“Film ini ingin mengingatkan bahwa duka dan kehilangan bukan bahan tontonan. Ada sisi kemanusiaan yang perlu dihormati,” ujarnya.
Film ini turut dibintangi Adhisty Zara, Marcella Zalianty, Tora Sudiro, Meriam Bellina, dan Ringgo Agus Rahman, dengan alur yang memadukan ketegangan, kesedihan, dan pesan kemanusiaan yang kuat.
Penayangan di Semarang diwarnai antusiasme penonton. Beberapa penonton mengaku tak kuasa menahan tangis karena alur cerita yang emosional dan realistis.
“Nangis dari tengah sampai akhir. Filmnya bikin sadar bahwa berdamai dengan kehilangan itu proses panjang,” kata Natalia Putri, salah satu penonton.
Dengan riset mendalam dan penyutradaraan yang tajam, Tukar Takdir berhasil menjadi salah satu film drama psikologis paling menggugah di tahun 2025—film yang bukan hanya bercerita tentang kematian, tapi juga tentang bagaimana manusia belajar hidup kembali.
Sementara itu, salah satu penonton, Natalia Putri, mengaku benar-benar larut dalam alur film yang menurutnya penuh kejutan dan emosi.
“Nangis, kisahnya ngena banget. Film ini bikin sadar kalau takdir itu harus dijalani, dan berdamai adalah satu-satunya cara untuk menerima,” ujar Natalia usai menonton.
Penonton lainnya, Rafi, juga mengungkapkan hal serupa. Ia menilai Tukar Takdir berhasil menggambarkan kompleksitas perasaan manusia lewat konflik dan tragedi yang terasa nyata.
“Emosinya naik turun banget. Kadang sedih, marah, lalu bingung, ikut ngerasain yang dirasain si Rawa. Ceritanya berasa dekat dengan kehidupan nyata,” ungkapnya.
Keduanya sepakat, kekuatan film ini terletak pada kedalaman karakter dan pesan moral yang mampu membuat penonton merenung tentang arti menerima nasib dan kehilangan. ***