Benny Karnadi Ingatkan Resolusi Jihad Bukan Sekedar Sejarah, Tapi Komitmen Jaga Persatuan Bangsa

Cawabup Kendal, Benny Karnadi saat memberikan sambutan pembukaan Kirab Karnaval yang digelar oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sukorejo Kendal pada Minggu (20/10/2024). Foto: dokumentasi
Cawabup Kendal, Benny Karnadi saat memberikan sambutan pembukaan Kirab Karnaval yang digelar oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sukorejo Kendal pada Minggu (20/10/2024). Foto: dokumentasi

Lingkar.co – Calon Wakil Bupati Kendal, Benny Karnadi mengingatkan pentingnya fatwa resolusi jihad yang pada beberapa tahun ini diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Menurutnya, hari santri dan sejarah fatwa yang dikeluarkan oleh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari menunjukkan bukti bahwa umat Islam, khususnya NU memiliki nasionalisme yang tidak bisa diragukan.

Oleh karena itu hari santri menjadi momen yang tepat untuk mengenang sejarah perjuangan para ulama dan santri dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Momentum Hari Santri pada tanggal 22 Oktober ini adalah pengingat bagi kita, seluruh rakyat Indonesia, tentang peran besar Nahdlatul Ulama dalam menjaga keutuhan NKRI melalui Fatwa Jihad dan Resolusi Jihad ini bukan hanya sejarah, tapi komitmen NU dalam mempertahankan kemerdekaan dan persatuan bangsa,” ujarnya.

Politisi PKB ini menyampaikan hal itu dalam Kirab Karnaval yang digelar oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sukorejo Kendal pada Minggu (20/10/2024).

Lebih lanjut calon wakil bupati dari Dyah Kartika Permana Sari ini mengatakan Fatwa Jihad dan Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 merupakan tonggak sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Fatwa tersebut, kata Benny, menyerukan seluruh umat Islam, khususnya di Jawa dan Madura, untuk berjihad melawan pasukan kolonial yang berupaya kembali menguasai Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan.

“Gerakan ini kemudian dikenal sebagai Resolusi Jihad, yang menjadi dasar perlawanan heroik para santri dan pejuang dalam mempertahankan kedaulatan bangsa, terutama pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya,” tandasnya.

Sebagai informasi, Acara ini berlangsung meriah, dengan peserta kirab yang berjalan menempuh rute dari Kantor Urusan Agama (KUA) Sukorejo hingga berakhir di pesantren Ki Bodo. Arus lalu lintas di jalur utama menuju Temanggung pun sempat tersendat akibat antusiasme warga yang membanjiri jalan untuk menyaksikan karnaval tersebut. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat