SEMARANG, Lingkar.co – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, terus menggencarkan upaya-upaya vaksinasi booster. Pasalnya, capaian vaksinasi booster di Kota Semarang pada Senin (7/2) barku 11 persen.
Kepala DKK Semarang, Moh Abdul Hakam mengungkapkan, dalam upaya meningkatkan percepatan vaksinasi booster, pihaknya bersinergi dengan TNI, Polri, kecamatan, hingga kelurahan. DKK Semarang melalui masing-masing puskesmas juga akan menerjunkan tim vaksinasi booster.
Kasus Covid-19 Berkembang Pesat di Semarang
“Harapannya bisa mendorong masyarakatnya untuk melakukan booster di tempat-tempat yang sudah ditentukan pemangku wilayah. Salah satunya dengan pemetaan wilayah dan pendataan warga yang sudah melakukan vaksinasi lebih dari 6 bulan,” ujar Hakam, Senin (7/2) sore.
Dia menambahkan, selain menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat, percepatan vaksinasi juga sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Lebih lanjut Hakam mengatakan, penyebaran Covid-19 varian Omicron sangat cepat. Terlebih dalam kurun waktu Januari 2022 hingga Februari 2022.
“Dari hasil zoom tadi malam, dari 330 sampel WGS yang sudah diperiksa laboratorium kesehatan provinsi, 175 varian omicron sisanya varian delta. Akhir Desember sudah mulai muncul sampai Februari ini,” jelasnya.
Lebih Cepat
Pengambilan sampel itu, lanjutnya, dari September 2021 hingga Januari 2022. Ia menuturkan dalam kurun waktu September 2021 hingga November 2021 varian Covid-19 yang paling banyak menjangkiti yakni varian Delta. Sedangkan pada Desember 2021 hingga Januari 2022 yang paling banyak adalah varian Omicron.
“Kalau menurut saya sebagai klinis, kita melihat klinis pasien Omicron paling banyak tenggorokan kering, tenggorokan gatal dan batuk itu sudah mengarah ke sana,” imbuhnya.
Meski penyebarannya sangat cepat, namun masa penyembuhannya juga lebih cepat daripada varian Delta. Jika paling lama masa penyembuhan varian Delta 5-7 hari, untuk varian Omicron hanya 2-3 hari.
Kesembuhan Meningkat, BOR Menurun, Pemkot Semarang Tutup 3 Tempat Isolasi Terpusat.
Di samping itu, Hakam menjelaskan penyebab-penyebab seseorang yang sudah melakukan vaksinasi, namun tetap bisa terpapar Covid-19. Pertama terkait imunitas yang terdiri dari usia, penyakit penyerta, dan status vaksinasi.
“Kalau misal lansia, imunitasnya pasti lebih rendah daripada yang masih muda. Kemudian penyakit penyerta, semakin banyak pasti juga akan menurunkan imunitas. Terakhir status vaksinasi, antara orang yang sudah vaksin dan belum pasti berbeda,” paparnya.
Faktor kedua yakni terkait jumlah virus. Semakin tinggi jumlah virus yang menyerang seseorang pasti akan membuat orang tersebut mudah bergejala. Faktor ketiga yakni terkait kepatuhan terhadap prokes. Sementara yang terakhir adalah varian virus Covid-19 yang menjangkit.
Sejauh ini, kata Hakam, dampak yang timbul akibat Covid-19 varian Delta lebih berbahaya daripada Omicron. Sebab varian Delta menjangkiti sampai ke saluran pernafasan hingga paru-paru. “Sejauh ini belum adaa kasus kematian akibat varian Omicron,” tandasnya. (Lingkar Network | Dinda Rahmasari – Lingkar.co)
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps