Lingkar.co – Untuk mencegah banjir, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong penerapan lubang resapan (biopori) di berbagai kawasan kota. Selain itu, wali kota yang akrab disapa Mbak Ita juga mengajak warganya agar mengurangi volume sampah organik dengan mengolahnya menjadi kompos
Melalui Dinas Lingkungan Hidup atau DLH, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang meluncurkan Gerakan Pembuatan Lubang Resapan Biopori pada Senin (5/8/2024) di Jalan Argopuro, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.
Kegiatan tersebut diikuti oleh sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti DLH, Disperkim, DPU, lurah hingga camat dan Forkopimcam Gajahmungkur.
Dalam kesempatan itu Mbak Ita menuturkan bahwa meski biopori sudah dikenal luas, namun implementasinya di Kota Semarang masih belum optimal.
“Sebenarnya sih kalau biopori ini sudah umum ya, hanya penerapannya itu yang belum masif,” ujarnya.
Karenanya, ia berharap gerakan ini tidak hanya menjadi acara seremonial semata, tetapi berkembang menjadi budaya yang meluas di masyarakat.
Selain itu, dirinya juga mengungkapkan pentingnya pemanfaatan daun-daun kering yang sering ditemukan tidak diangkat oleh petugas kebersihan. “Saya berpikir untuk bagaimana daun itu tidak diangkat tetapi bisa dimanfaatkan sehingga dimasukkan ke dalam biopori,” jelasnya.
Hal ini menurutnya tidak hanya mengurangi volume sampah organik, tetapi juga bisa mengolahnya menjadi kompos yang bermanfaat.
“Manfaat biopori itu adalah pertama untuk peresapan air di saat hujan, ini adalah antisipasi untuk menghadapi musim penghujan yang akan datang. Kemudian yang kedua, daun-daun yang rontok ini bisa dimanfaatkan menjadi kompos sehingga tidak perlu harus beli pupuk,” terangnya.
Bahkan di daerah yang miring, pemanfaatan biopori juga dapat mengantisipasi adanya longsor. Lebih lanjut, Mbak Ita menekankan pentingnya pembuatan biopori di jalan-jalan protokol Kota Semarang, terutama di daerah yang sering mengalami genangan air saat hujan, seperti Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda.
“Nah Saya minta ini utamanya di jalan-jalan protokol, seperti kita tahu kalau setiap hujan itu kan selalu tergenang seperti Jalan Pahlawan atau Jalan Pemuda, ada genangan sehingga ini juga bisa membantu air itu tidak semua masuk drainase tetapi juga masuk ke dalam biopori-biopori,” ungkapnya.
Pemkot Semarang mentargetkan pembuatan 5.000 titik biopori di seluruh kota, dimulai dengan 100 titik di enam jalan utama, yaitu Jalan Sultan Agung, Jalan S. Parman, Jalan Diponegoro, Jalan Pahlawan, Kalisari, dan Jalan Pemuda. Selain itu, DLH juga akan memperbanyak biopori di 17 titik Ruang Terbuka Hijau atau RTH yang tersebar di 11 kecamatan Kota Semarang.
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps