Lingkar.co – Di tengah hiruk-pikuk akhir pekan di pusat Kota Semarang, ratusan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berkumpul di sebuah kafe di Jalan Gajah Mada.
Bukan sekadar untuk bersantai, mereka datang membawa semangat baru: belajar, berbagi, dan menyehatkan diri.
Sabtu (25/10/2025) itu, ruang Anak Panah Kopi dipenuhi energi positif. Di sana, Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, HM Dipa Yustia Pasa, kembali menghadirkan Yuk Talk, program literasi publik yang kini telah berkembang menjadi forum edukatif.
Namun, edisi kali ini terasa berbeda. Tak hanya bicara tentang literasi sosial, Yuk Talk berkembang menjadi ruang pemberdayaan yang menyatukan dunia pendidikan dan kesehatan.
Kopi, Literasi, dan Stetoskop
Dalam kegiatan bertema “Membangun Kesehatan dan Keterampilan Guru PAUD untuk Generasi Emas”, Dipa menggandeng Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk membuka layanan pemeriksaan kesehatan gratis bagi peserta.
Pemeriksaan dilakukan langsung oleh tenaga medis dari layanan spesialis keliling, menghadirkan fasilitas pengobatan dan konsultasi ringan.
“Guru PAUD itu tulang punggung pendidikan karakter anak. Mereka harus sehat agar bisa terus menginspirasi. Karena itu, kami ingin Yuk Talk tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga menyehatkan,” ujar Dipa.
Bagi Dipa, yang dikenal aktif menginisiasi kegiatan sosial, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci perubahan.
Literasi, katanya, tidak hanya soal membaca buku tetapi juga membaca kebutuhan masyarakat dan menjawabnya dengan aksi nyata.
Pijat Bayi, Sentuhan Lembut yang Menguatkan
Setelah pemeriksaan kesehatan, para guru diajak mengikuti sesi yang tak kalah menarik pelatihan pijat bayi (baby massage).
Materi ini dibawakan oleh Bidan Sri Utami, pendiri Spa & Mom Treatment SSB Academy, yang akrab disapa Bunda Uut.
Dengan gaya komunikatif dan demonstrasi langsung, Bunda Uut menunjukkan cara sederhana menenangkan bayi lewat sentuhan.
“Pijat bayi bukan hanya soal kesehatan fisik. Ini tentang kedekatan, komunikasi, dan stimulasi emosional antara pengasuh dan anak,” jelasnya.
Ia menekankan, pijat bayi dapat meningkatkan kualitas tidur, nafsu makan, hingga konsentrasi anak. Bahkan, menurutnya, ayah pun sebaiknya ikut memijat bayi agar terbentuk bonding yang lebih kuat.
“Papa juga boleh ikut. Sentuhan dari ayah itu punya efek luar biasa bagi perkembangan emosional bayi,” ujarnya disambut tawa peserta.
Bekal Baru untuk Pendidik PAUD
Antusiasme peserta terlihat dari awal hingga akhir acara. Ririn Wulandari, Ketua HIMPAUDI Kota Semarang, menyebut kegiatan ini sangat relevan bagi guru PAUD dan TPA yang berinteraksi langsung dengan anak usia dini.
“Banyak anak datang ke sekolah dalam kondisi kurang fit atau rewel. Dengan memahami pijat bayi, guru bisa membantu menenangkan anak sekaligus memberikan stimulasi dini,” katanya.
Menurut Ririn, pelatihan seperti ini membuka cakrawala baru. Guru PAUD tidak hanya menjadi pengajar, tapi juga pengasuh yang memahami aspek kesehatan anak. Bahkan, keterampilan ini bisa menjadi peluang ekonomi baru bagi para pendidik.
Dari Talkshow ke Bootcamp
Melihat antusiasme peserta, Dipa mengungkapkan rencana pengembangan Yuk Talk menjadi bootcamp tematik.
Program intensif ini akan melibatkan peserta aktif dari empat seri sebelumnya untuk difokuskan menjadi agent of change di lingkungan masing-masing.
“Selama empat seri ini, kami banyak bertemu guru, pegiat sosial, dan relawan yang punya potensi besar. Kami ingin melangkah lebih jauh, mengubah Yuk Talk dari sekadar diskusi menjadi gerakan nyata,” terang Dipa.
Menariknya, Dipa juga sudah menyiapkan agenda berikutnya menyapa guru TPQ dan guru ngaji di kampung-kampung pinggiran Semarang.
“Mereka juga pendidik bangsa. Insya Allah bulan depan kita akan hadir untuk mereka dengan pelatihan soft skill dan kesehatan,” tambahnya.
Literasi Sosial yang Menyentuh Kehidupan
Sejak pertama digelar, Yuk Talk terus berkembang menjadi wadah lintas komunitas. Mulai dari guru, pelaku UMKM, hingga tokoh masyarakat, semua dilibatkan dalam satu ruang yang egaliter tanpa sekat antara pembicara dan peserta.
Bagi Dipa, Yuk Talk bukan program seremonial, melainkan gerakan sosial yang lahir dari kebutuhan nyata masyarakat.
“Literasi itu bukan sekadar kemampuan membaca teks, tapi juga membaca realitas. Di sinilah Yuk Talk hadir mendengar, berdialog, lalu bertindak,” ungkapnya.
Dengan pendekatan yang menggabungkan edukasi, kesehatan, dan pemberdayaan, Yuk Talk menjelma menjadi bentuk baru dari gerakan literasi sosial yang hidup menyehatkan tubuh, menumbuhkan pengetahuan, dan memperkuat komunitas.
Guru PAUD, Garda Depan Generasi Emas
Pada akhir acara, para peserta tampak bersemangat. Beberapa di antaranya bahkan langsung mencoba gerakan pijat bayi yang baru dipelajari, sambil bercanda dengan rekan sejawat.
Di tengah suasana santai, semangat mereka seolah menggambarkan pesan utama yang ingin disampaikan Dipa bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hal kecil, dari ruang-ruang sederhana seperti kafe yang siang itu penuh dengan tawa para guru.
“Guru PAUD adalah garda depan pembentuk karakter anak bangsa. Mereka harus sehat, berdaya, dan terus belajar,” ujar Dipa menutup kegiatan.
Dan dari gelas kopi, stetoskop, hingga minyak pijat bayi, Yuk Talk membuktikan bahwa literasi bisa hadir dalam bentuk yang paling hangat sentuhan manusia untuk manusia. (*)
Penulis: Husni Muso








