Disebut Banjir Terparah, Sepanjang Jembatan Kaligawe Jadi Lokasi Parkir Dadakan

Ratusan kendaraan bermotor yang di parkir di badan jembatan Kaligawe Semarang. Foto: Rifqi/Lingkar.co
Ratusan kendaraan bermotor yang di parkir di badan jembatan Kaligawe Semarang. Foto: Rifqi/Lingkar.co

Lingkar.co – Hujan dengan intensitas tinggi melanda kota Semarang selama tiga hari lalu menambah ketinggian air di permukiman warga. Untuk mengamankan kendaraan bermotor dan mobil, mereka memanfaatkan area jembatan Kaligawe sebagai area parkir karena aman dari banjir. Selain itu, akses jalan menuju Demak sudah tidak bisa dilewati.

Ketua RW 8 Kelurahan Tambakrejo, Gayamsari Kota Semarang, Arifin pada Rabu (29/10/2025) siang saat bertemu Camat Gayamsari mengungkapkan, meski sejak tanggal 22 Oktober 2025 banjir sempat surut. Saat terjadi banjir, warga juga sudah ada yang mengungsi.

“Rabu kemarin warga sudah mulai mengungsi, banjir juga sempat surut, tapi ini air naik lagi. Ini termasuk banjir terparah,” katanya..

Ia meminta Rumah Pompa Tenggang mengalirkan air ke sungai Banjir Kanal Timur (BKT) karena kolam retensi untuk menampung air dari dua rumah pompa sudah dipagari tol tepi laut (Giant Sea Wall) belum ada pompa untuk membuang air ke laut.

“Jadi airnya muter terus dibuang ke kolam retensi terus kembali ke permukiman warga, ditambah kiriman air dari arah selatan, makanya tadi kami sampaikan aspirasi kami agar dari rumah pompa diarahkan ke BKT,” jelasnya.

“BKT gak ada air loh pak, bayangkan! Karena itu, terbendung bangunan tol. Nah karena itu mohon air yang dari pompa-pompa itu pembuangnya ke sana (BKT) atau ke laut langsun. Itu solusi yang kita harapkan dari pemerintah,” pintanya.

Saat ini kata dia, ketinggian air di permukaan pendudukmasih sekitar 60-70 cm, dan bahkan ada yang sampai sepinggang orang dewasa. “Di tempat kami kan terisolasi ya, terutama di RW 8, 9, dan 7 dan 2, terisolasi untuk menuju akses ke sini,”ungkapknya.

Lebih jauh ia mengungkapkan, warga juga mengalami kerugian materiil karena tidak bisa bekerja, tidak bisa berbelanja dan tidak ada dapur yang bisa digunakan untuk memasak, “Saat ini kita butuhkan sembako Ya sebagian ini dari LPBI mau mendirikan posko yang (dibuka nanti malam) untuk dapur umum, nanti mungkin kalau ada dari Kecamatan,” harapnya.

Arifin menjelaskan, di Tambakrejo ada sekitar 300 KK yang terdampak banjir. Mereka selama sembilan hari sudah mengungsi sejak hari pertama banjir, “Ngungsi di Masjid Terboyo, Masjid Al Iman Tenggang dan beberapa musalla sekitar,” urainya.

Sementara, Ketua Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, dr. Muhammad Hayyi Wildani mengatakan, dapur umum akan menyediakan sekitar 1500 bungkus nasi untuk 6 RW di Tambakrejo. (*)

Penulis Ahmad Rifqi Hidayat