Lingkar.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus dorong pelaku Urban Farming, atau membudidayakan tanaman sayuran pada lahan terbatas dan terlantar secara maksimal. Hal tersebut membuat Dinas Pertanian (Dispertan) tidak bisa memenuhi kebutuhan, dikarenakan banyaknya permintaan bibit tanaman dari masyarakat.
Kepala Dispertan Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur, memaklumi hal tersebut, lantaran saat ini masyarakat masih bergantung kepada pemerintah untuk benih.
Hal itu karena mereka baru saja memulai urban farming. Beberapa benih yang kerap diminta oleh masyarakat antara lain cabai, terong, okra, beragam tanaman toga, dan beragam tanaman buah untuk tabulapot.
“Permintaan benih luar biasa. Setiap hari ada yang minta. Ini baru pengenalan. Jadi, mereka mulai dari nol,” ucap Hernowo di Tandur Space, Rabu (8/3/2023).
Ia berharap, masyarakat juga bisa mengahasilan bibit sendiri, tanpa harus menunggu bantuan bibit dari Pemkot.
“Misalnya, ibu-ibu beli sere, daun bawang, sisanya itu bisa ditanam kembali,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hernowo menjelaskan, ada 415 kelompok tani dan 115 kelompok wanita tani di Kota Semarang.
Tak hanya kelompok tani yang didorong melakukan urban farming, pihaknya kini menyasar kantor pemerintahan serta sekolah untuk turut serta melakukan urban farming.
Menurutnya, antusiasme siswa dan guru melakukan urban farming sangat luar biasa.
Saat ini, sekolah-sekolah di Kota Lunpia sudah mulai hijau. Siswa juga mukai mengenal tanaman dan menghargai makanan.
“Ini akan kami gelorakan terus. Jangan hanya sekedar seremoni, tapi menjadi sebuah kebiasaan untuk mewujudkan makanan yang sehat di lingkungan kita,” terangnya.
Dia berharap, masyarakat mulai sadar bahw menanam menjadi habit. Selain itu, juga untuk menjaga ketahanan pangan keluarga.
Penulis : Alan Henry